Baca Juga: Apa Jadinya Jika Martin Luther King Jr. Tidak Pernah Dibunuh?
“Kami mengukur ukuran tubuh, hal yang penting untuk mengetahui seberapa cepat hewan tumbuh, berapa banyak makanan yang mereka butuhkan, seberapa besar populasinya, dan seberapa besar kemungkinan mereka akan punah.”
Temuan ini menunjukkan bahwa buaya memiliki keanekaragaman terbatas, dan kemiripan bentuknya dengan nenek moyangnya disebabkan proses evolusi yang lambat. Para peneliti mengira, buaya memiliki susunan tubuh yang efisien dan adaptif, sehingga proses evolusi tak perlu mengubahnya.
Mereka juga berargumen, kemampuan adaptif ini pula yang menjadi alasan buaya selamat dari tumbukan meteor besar di akhir periode Cretaceous. Di saat dinosaurus lainnya punah, buaya pun tidak dapat berkembang lebih baik dengan mengontrol suhu tubuhnya sehingga laju evolusinya melambat.
Terlebih, iklim akibat dentuman meteor, dan kini lebih dingin daripada periode Jurassic.
Stockdale dan Benton mengungkapkan0 temuan mereka tentang hubungan ukuran tubuh dan laju evolusi dengan suhu satwa itu jauh lebih cepat pada masa Mesozoikum daripada Kenozoikum. Diduga karena suhu global lebih hangat dan lebih stabil pada masa itu.
Baca Juga: Sains Ungkap Kemampuan Monyet Bali Membedakan Benda Berharga
Mengapa buaya masih bertahan? Diduga mereka sudah mampu beradaptasi dengan kebiasaan berjemur.
Kebiasaan mereka berjemur—selain untuk menghangatkan tubuh—akan mengambil energi matahari dengan membuka mulutnya. Itu pun yang menyebabkan pola makan mereka tak sebanyak hewan berdarah panas seperti burung dan mamalia.
“Buaya mendapatkan gaya hidup yang cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang sangat besar sejak dinosaurus ada di sekitar,” ujar Stockdale.
Stockdale dan Benton berencana meneliti lebih lanjut faktor penyebab beberapa jenis buaya pra sejarah punah, dan membandingkannya dengan yang kini tersisa.
"Ukuran tubuh dan perbedaan pada garis [evolusi] archosaurus-buaya menunjukkan perubahan yang terkait dengan peristiwa besar dalam sejarah Bumi, terutama kepunahan massal," tutup mereka dalam laporan.
Source | : | Science Daily,Nature |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR