“Husni Thamrin ini tokoh pergerakan nasional yang penting. Ketika tokoh-tokoh kebangsaan lain ditangkap, dibuang, dia bergerak sendiri melalui sistem yang resmi. Nah dari situ kita bisa lihat bagaimana Husni Thamrin sebagai seorang penggila bola itu menggunakan seluruh medium untuk pergerakan kebangsaan, termasuk sepakbola,” tutur JJ Rizal.
Hal itu tercermin saat M.H. Thamrin rela menggunakan uang pribadinya untuk membangun stadion sepakbola milik pribumi pertama di Indonesia yang berstandar internasional. Kala itu pada 1928, di masa kolonialisme Belanda, ada kebakaran di Pasar Baru, Jakarta (dulu Batavia). Ada dua perkumpulan (bond) sepakbola yang kemudian mencoba mengadakan pertandingan amal untuk membantu korban kebakaran tersebut.
Baca Juga: Manisnya Pabrik Gula Era Hindia Belanda yang Kini Masih Terasa
Mereka, para anggota perkumpulan-perkumpulan sepakbola pribumi di Batavia yang merupakan orang-orang Betawi itu, kemudian mencari stadion sepakbola yang dianggap pantas menjadi tempat pertandingan tersebut. Sayangnya, masa itu, semua stadion sepakbola yang bagus di Batavia adalah kepunyaan orang-orang Belanda. Bahkan di depan setiap stadion sepakbola itu selalu ada tulisan Belanda yang artinya, "Dilarang masuk untuk pribumi dan anjing.”
“Kalau (orang Indonesia) ingin pinjam stadion itu, pasti nggak boleh,” kata JJ Rizal.
Akhirnya mereka mendatangi Mohammad Husni Thamrin, tokoh Betawi yang saat itu menjabat sebagai anggota Volksraad, semacam dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda. Dalam bahasa Belanda, Volksraad sendiri berarti "Dewan Rakyat".
Di Volksraad M.H. Thamrin telah menyuarakan keinginan rakyat Indonesia untuk meminjam stadion sepakbola, tapi tak didengarkan. Akhirnya, mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli dan membangun stadion sendiri.
Baca Juga: Jung Jawa, Kapal Raksasa Penguasa Lautan Nusantara yang Telah Hilang
“Dia keluarin duit pribadinya 2.000 gulden, makanya ada bond sepakbola pribumi pertama punya stadion dengan standar internasional,” tutur JJ Rizal. “Itu setara gaji satu tahun pejabat tinggi di Batavia.”
Stadion sepakbola itu berdiri di daerah yang kini disebut Petojo, Jakarta Pusat. Dari stadion itu pula M.H. Thamrin akhirnya membuat perkumpulan sepakbola yang semula bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) Jakarta. Setahun kemudian, 28 November 1929, perkumpulan sepakbola itu berganti nama menjadi Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). Dan nama stadion sepakbola menjadi tempat klub sepakbola tersebut pun menjadi Stadion VIJ.
“Jadi perkumpulan sepakbola pertama yang pakai kata Indonesia ya cuma di Jakarta dan itu karena pengaruh Mohammad Husni Thamrin,” ungkap JJ Rizal. “Jadi bayangin hanya selang satu tahun dari Sumpah Pemuda (1928) itu berdiri VIJ. Menggunakan kata Indonesia sebagai organisasi sepakbola.”
Jadi, JJ Rizal menegaskan, sepakbola juga menumbuhkan rasa nasionalisme dan turut mendukung pergerakan nasional.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR