Selama zaman es terakhir 100.000 hingga 15.000 tahun yang lalu merupakan awal kehidupan mammoth berbulu. Mammoth tersebar luas di belahan bumi utara Spanyol hingga Alaska. Kemudian akibat adanya perburuan di masa itu dan juga perubahan iklim yang drastis membuat mammoth punah secara perlahan. Pemanasan global yang terjadi 15.000 tahun yang lalu berdampak pada menysutnya habitat mereka di Siberia Utara dan Alaska. Sedangkan mammoth yang berada di Pulau Wrangler terputus dari daratan karena mengalami kenaikan pada permukaan laut sehingga menyebabkan populasi ini terisolasi.
Baca Juga : Jejak Kaki 43 Ribu Tahun Ungkap Cerita Sekawanan Mammoth
Dalam hasil penelitian yang dituliskan di dalam Quaternary Science Reviews, tim meneliti beberapa kandungan dalam tulang dan gigi yaitu isotope karbon, nitrogen, belerang dan strontium. Aadanya penelitian ini ingin membuktikan mengenai perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap pola makan serta habitat mammoth itu sendiri.
Peneliti menggunakan sampel mammoth berbulu dari dataran Rusia dan Ukraina, serta Pulau St Paul. Hasilnya, terdapat perubahan isotop yang drastis. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pola makan dan lingkungan mammoth.
Sebaliknya, peneliti juga mengambil sampel yang berasal dari populasi Pulau Wrangler. Hasil yang ditunjukkan adalah tidak adanya perubahan yang memengaruhi kehidupan mammoth. Isotop karbon pada mammoth Wrangler berbeda dengan isotop yang berasal dari nenek moyang zaman es di Siberia. Analisis DNA sebelumnya menunjukkan bahwa mammoth Wrangler memiliki mutasi yang memengaruhi metabolisme lemak mereka.
Temuan ini membuat para peneliti percaya bahwa penggabungan habitat yang terisolasi, peristiwa cuaca ekstrem, dan penyebaran manusia prasejarah memiliki perannya masing-masing dalam kepunahan mammoth.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya indikasi penurunan kualitas air yang ada di Pulau Wrangler. Populasi mammoth yang terisolasi ini akhirnya menjadi rentan. Tak hanya itu, peran perburuan yang dilakukan manusia juga menjadi hal yang tidak bisa untuk dihindari.
Penulis | : | Silvia Triyanti Luis |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR