Nationalgeographic.co.id—Tidak ada unggahan gambar dan video, yang ada hanya layar utama berwarna putih krem, berisi orang-orang yang mungkin tidak anda kenal mengatur topik tertentu seperti kebrutalan polisi, musik, seks atau apapun.
Kita dapat mendengarkanya atau berpartisipasi, begitulah aplikasi baru bernama Clubhouse yang sedang ramai diperbincangkan.
Clubhouse dimulai oleh seorang pengusaha bernama Paul Davison. Idenya membuat orang berbicara dan bertukar pemikiran secara spontan. Sesuai namanya, mereka memprioritaskan keramaian di dalam ruangan.
Mulanya hanya untuk beberapa ribu pengguna kemudian Raksasa VC Andreessen Horowitz masuk menghasilkan $ 12 juta seminggu setelah diluncurkan. Pada bulan kesembilan keberadaannya, nilainya $ 1 miliar menurut Rolling Stone.
Saat ini, dengan lebih dari dua juta pengguna, Clubhouse telah menjadi titik terang dalam perang budaya yang lebih luas pada tiap diskusi-diskusinya.
Seperti soal penyensoran, pelecehan, dan kekuatan Big Tech. Tak disangkal, pertumbuhanya juga berkat para pengguna dengan angka pengikut yang banyak, seperti Oprah Winfrey dan Elon Musk.
Baca Juga: Fosil Paru-paru Ikan Purba Raksasa Ditemukan, Usianya 66 Juta Tahun
Clubhouse bukanlah aplikasi berbasis audio yang pertama. Tapi, mengapa Clubhose mendapat banyak perhatian, termasuk eksklusivitas yang dirasakan penggunanya.
"Saya tidak berpikir hal eksklusivitas ini adalah bagian dari desain," kata Charlene Li, pendiri dan rekan senior Altimeter di CNET.
Clubhouse menjadi hit karena banyak orang terjebak di rumah mereka. Ketika Clubhose memberikan kesempatan untuk terhubung dengan orang lain dari seluruh dunia dan mendengar suara mereka secara langsung, hal ini yang membuatnya sangat menarik.
"Suara itu sangat nyata," kata Casie Stewart, seorang ahli strategi digital di laman CNET. "Saya tertawa dengan orang-orang," katanya setelah memakai aplikasi Clubhouse selama berminggu-minggu.
Ada banyak fokus "ruangan" Clubhose. Seperti bisnis, investasi, kewirausahaan, dan bitcoin. Namun ada juga topik yang ramai dengan tren seperti kulit hitam, musik, hak LGBTQ +, dan politik. Hal ini tidak hanya membatasi seseorang untuk mencari saran atau pertemanan tapi membuat kita bisa mengadakan diskusi meja bundar, bahkan bisa menjadi pembawa acara.
Source | : | CNET,Rolling Stone |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR