Nationalgeographic.co.id—Sekitar 20.000 tahun yang lalu, Bumi mengalami zaman es terakhir. Diperkirakan suhu rata-rata pendinginan LGM (the Last Galacial Maximum) masa itu mencapai -6,1 derajat Celcius, menurut penelitian di jurnal Nature pada 2020.
Kondisi seperti itu menyebabkan banyak makhluk hidup yang punah, dimulai dari herbivora besar, kemudian diikuti karnivora besar yang bergantung pada mereka untuk keberlangsungan hidup.
Terlepas sebagai kerabat anjing, serigala (Canis lupus) bukanlah karnivora yang jinak. Ia mengandalkan herbivora besar di belahan bumi utara, yang mana kawasan itu di zaman es sangat berdampak pada rantai makanan.
Baca Juga: Temuan Arkeologis Anjing Jadi Bukti Jejak Migrasi Manusia ke Amerika
Maka, sejumlah ilmuwan di Kanada mempelajari cara bertahan itu di masa lalu lewat laporan jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology (Vol. 571). Penelitian itu dilakukan dengan menganalisa tulang 48 serigala dan 31 binatang purba lainnya yang hidup pada 50.000 hingga 26.000 tahun yang lalu.
Tulang yang dianalisis adalah milik Museum of Nature's Palaeobiology Collection, dan Yukon Government Palaeontology Program Collection di Kanada.
"Kami dapat mempelajari perubahan pola makan dengan memeriksa pola keausan pada gigi dan jejak kimiawi di tulang para serigala," papar penulis utama studi Zoe Landry, dikutip dari Science Alert.
Keausan yang dimaksud, seperti yang ditulis dalam laporan, ada pada pola dan karakteristiknya.
Gigi yang memiliki bintik biasanya adalah milik serigala yang mengais sisa-sisa hewan lain, mengisayaratkan bagian itu mengalami patahan. Sedangkan serigala yang biasa memakan daging segar akan meninggalkan goresan yang lebih tipis.
Baca Juga: Spesies Baru Dinosaurus di Argentina Diberi Nama 'Penyebab Ketakutan'
"[Cara] Ini bisa memberi tahu kita banyak hal terkait cara hewan itu makan, dan apa yang dimakan hewan itu selama hidupnya, hingga sekitar beberapa minggu sebelum kematiannya."
Berdasarkan hasil analisis gigi dan isotopnya, ternyata serigala di aman es dapat dengan gesit menyesuaikan pola makannya dengan ketersediaan mangsa yang berubah-ubah. Dengan pola diet itu, tingkah laku mereka dapat beradaptasi dengan cepat.
Spesimen yang diteliti juga dibandingkan dengan tulang 17 serigala modern yang tengkoraknya diawetkan pihak Canadian Museum of Nature's Zoology Collection.
Selain mengais sisa makanan yang sudah diburu, ada pula yang berburu hewan herbivora yang tersisa di zaman es. Umumnya yang mereka buru adalah kuda era Pleistosen (Equus sp), dan sisanya adalah domba Dall (Ovis dalli), rusa, mamut (Mammuthus primigenius), dan Muskox (Ovibos moschatus).
Baca Juga: Ilmuwan Biologi AS Sukses Ciptakan Embrio Hibrida Manusia-Monyet
Sangat berbeda dengan serigala di Yukon, Kanada, yang menjadi tempat habitat mereka kini. Serigala modern bertahan hidup dengan memburu rusa kutub, dan rusa besar dari genus Alces. Menurut peneliti, ini adalah perubahan pola makan yang cukup signifikan.
Para peneliti percaya bila saat hewan yang dimangsa lebih sedikit pada akhir zaman es terakhir, penurunan dan kepunahan predator lainnya bisa jadi membantu serigala untuk berksplorasi mencari sumber makan baru.
Kemampuan fleksibel lainnya, menurut para peneliti, terungkap dalam adaptasi mereka dan menggeser habitatnya dari ekosistem stepa ke hutan areal. Perpindahan ini juga berhubungan dengan kelangsungan hidup spesies mangsa yang dapat mereka makan.
Peneliti menambahkan dalam laporannya bahwa ,temuan ini menjadi implikasi penting bagi konservasi serigala saat ini. Meski pola makan serigala beradaptasi, kemampuan ini bisa hilang jika sumber makanan mereka menurun dan tak dapat digantikan.
Para peneliti menyarankan dalam laporannya, agar rusa kutub dan rusa lainnya, serta ekosistem dekat Arktik, harus dilindungi. Karena lokasi yang menjadi habitat serigala, kini berada di bawah ancaman besar perubahan iklim yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR