Nationalgeographic.co.id - Sudah lama anjing menjadi kawan bagi peradaban manusia. Berawal dari sekitar masa Pleistosen (2 juta hingga 11.500 tahun yang lalu), anjing dimanfaatkan sebagai kawan berburu dan menjaga pertanian.
Studi terkini mengungkapkan adanya fosil anjing membantu mengungkap perjalanan migrasi manusia ke benua Amerika selama akhir Zaman Es. Temuan itu diungkap dalam jurnal The Royal Society Publishing (24/02) oleh Charlotte Lindqvist University at Buffalo.
Temuan berupa taring ini ditemukan di sebuah gua di tenggara Alaska. Sebelum diuji DNA-nya, Lindqvist menduganya sebagai tulang milik beruang.
Tulang yang ditemukan berupa tulang paha seekor anjing yang hidup dari 10.150 tahun yang lalu, berdasarkan penanggalan radiokarbon. Menjadikannya juga sebagai fosil anjing--yang mungkin--tertua yang ditemukan di benua Amerika, terang para Peneliti dalam laporannya.
Baca Juga: Setelah 50 Tahun, Misteri Tsunami Alaska Akhirnya Terpecahkan
Pada fosil anjing itu, terungkap bahwa semasa hidupnya memakan makanan laut, yang bentuknya serupa dengan anjing purba di situs arkeologis Yup'ik sebelum berhubungan dengan manusia.
Hasil DNA menyebutkan bahwa itu merupakan sejenis keturunan anjing Siberia yang sudah terpisah dari nenek moyangnya di Asia. Jenis anjing ini diperkirakan sudah ada 16.700 tahun yang lalu di Alaska, dan spesiesnya sudah terpisah dari leluhurnya di Siberia.
Secara penelitian, ungkapan itu hasil dibandingkan dengan DNA serigala, anjing purba, dan ras anjing modern. Sehingga membantu peneliti memperkirakan kapan terakhir nenek moyang anjing itu terpisah dari anjing Siberia.
Lindqvist bersama tim, mengungkap bahwa keberadaan ini belum tersentuh manusia sekitar 15.000 tahun yang lalu. Kemudian populasinya meningkat pada 10.000 hingga 5.000 tahun yang lalu.
Temuan itu, menjadi bahan acuan perdebatan sejarah mengenai rute detail manusia dapat bermigrasi ke Amerika lewat Alaska. Salah satu gagasan lama adalah bahwa koloni manusia pertama kali masuk ke Amerika lewat dataran yang tak memiliki es. Namun sekitar 16.700 tahun lalu, dataran itu kemudian tertutup es.
Sehingga, keberadaan anjing ini mendukung gagasan alternatif lainnya, bahwa migrasi ini lebih condong ke selatan (lebih dekat ke Samudra Pasifik) dari Siberia. Sebuah studi lain juga mengungkapkan bahwa manusia bermukim di kawasan itu sebagai 'Pemberhentian Beringia' akibat arus panas Pasifik.
Source | : | National Geographic Indonesia,pnas.org,Science Advances,Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR