Nationalgeographic.co.id—Setelah delapan tahun hilang, spesies katak pohon mutiara akhirnya kembali ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Penemuan kembali spesies ini dilakukan oleh Tim Observasi XIX Uni Konservasi Fauna Institut Pertanian Bogor (UKF-IPB).
Uni Konservasi Fauna (UKF) merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bergerak di bidang konservasi khususnya pada kajian satwa liar, baik insitu maupun eksitu. Salah satu kegiatan UKF-IPB adalah Observasi.
Observasi merupakan kegiatan berbasis saintifik alam bebas yang berorientasi pendidikan konservasi. Hingga tahun ini, UKF telah melakukan kegiatan observasi sebanyak 19 kali.
Observasi XIX dilaksanakan selama tiga hari pada pertengahan bulan Maret 2021 di kawasan Selabintana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Selama kegiatan, tim Observasi XIX UKF-IPB melakukan pengamatan satwa dan kajian habitat di sekitar lokasi campsite.
Baca Juga: Terakhir Ditemukan 1993, Katak Ini Sempat Dikira Sudah Punah
Satwa yang tim amati adalah mamalia, burung, insekta, dan herpetofauna. Selain itu, mereka juga melakukan analisis vegetasi dan analisis indeks kualitas air di sekitar lokasi serta kajian habitat untuk mengumpulkan data pendukung keberadaan satwa.
Pendataan keanekaragaman satwa pada observasi XIX berbuah pada temuan yang mengejutkan bagi tim UKF-IPB. Bagaimana tidak, tim menemukan katak pohon mutiara yang terakhir di kawasan lestari itu pada 2013 oleh tim herpetofauna Panthera.
“Sejauh ini yang saya amati memang belum ada lagi yang mengekspose tentang katak pohon mutiara di resort Selabintana. Terakhir saya temukan di 2013,” ujar Firmansyah, anggota sukarelawan Panthera, seperti dikutip dari situs UKF-IPB. Panthera merupakan salah satu himpunan relawan sekaligus mitra kerja yang berada di kawasan Balai TNGGP.
Katak pohon mutiara (Nyctixalus margaritifer) merupakan katak endemik Jawa yang termasuk kedalam famili Rhacophoridae (katak pohon). Menurut IUCN, katak pohon mutiara memiliki status konservasi Least Concern (LC/Resiko Rendah) dengan tren populasi Decreasing (menurun).
Saat menemukan katak pohon mutiara ini, tim Observasi XIX menganggap bahwa katak ini lumrah ditemukan di kawasan Selabintana TNGGP, sebab katak ini ditemukan pada ketinggian kurang lebih 1.300 mdpl. Namun setelah dikonfirmasi ke pihak TNGGP, ternyata katak endemik Jawa ini terakhir terdata di kawasan tersebut tahun 2013.
Baca Juga: Lebah Bertopeng Langka Ditemukan Kembali Setelah Hilang Hampir Seabad
Hal unik dari penemuan ini adalah lokasi perjumpaan yang terbilang jauh dari lokasi perjumpaan pada 2013. “Temuan yang tidak biasa ini membuat kami sempat terkejut ketika mengetahui jenis ini terakhir ditemukan sekitar delapan tahun yang lalu. Sebuah kebanggaan tersendiri karena dapat ikut andil mengeksplor kekayaan satwa di kawasan ini, semoga keberadaan satwa di kawasan ini selalu terjaga kelestariannya.” ujar Taka, koordinator lapangan Observasi XIX.
Katak pohon mutiara adalah salah satu kekayaan fauna yang ada di Indonesia. Selain di TNGGP, sebagaimana dikutip dari Bobo, dulu katak ini juga pernah ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Katak yang memiliki nama ilmiah Nyctixalus margaritifer ini biasa dikenal dengan nama Pearly Tree Frog dalam bahasa inggris. Katak pohon ini memiliki ciri-ciri bintik warna putih hampir di seluruh tubuhnya. Katak ini dinamakan katak pohon mutiara karena bintik-bintik putih yang mirip mutiara.
Katak pohon mutiara atau dalam bahasa Inggris disebut pearly tree frog ini memiliki kulit berwarna oranye terang kemerahan hingga berwarna cokelat tua. Katak pohon mutiara ini juga sering disebut sebagai katak pohon jawa. Itu karena, katak ini merupakan salah satu jenis katak endemik Jawa. Selain itu, di Jawa Barat, katak pohon mutiara ini dikenal dengan nama lokal cahai merah.
Baca Juga: Dianggap Punah 170 Tahun Lalu, Burung Pelanduk Kalimantan Muncul Lagi
Katak pohon mutiara berhabitat di dataran rendah hutan hujan tropis. Menurut buku The amphibians of Java dan Bali (Iskandar 1998), katak ini biasanya dapat dijumpai pada hutan dataran rendah dengan ketinggian hingga 1.200 mdpl.
Mereka biasanya dapat dijumpai di atas daun-daun semak yang memiliki ketinggian sekitar satu meter dan tidak jauh dari genangan air. Sayangnya, habitat katak ini sering terganggu atau bahkan hilang karena berbagai kegiatan pertanian dan penebangan kayu. Karena habitatnya terganggu, hewan cantik ini pun kerap hilang, sulit diketahui keberadaannya, dan semakin langka.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | bobo,UKF-IPB |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR