Bagian-bagian fosil dari spesies baru yang ditemukan ini mencakup rongga otak yang luar biasa utuh, yang mengungkapkan bahwa Llukalkan kemungkinan besar memiliki indra penciuman yang tajam. Dinosaurus itu juga memiliki rongga kecil berisi udara di dalam telinga tengahnya yang tidak terlihat pada abelisaurid lain yang ditemukan sejauh ini, yang menunjukkan bahwa Llukalkan kemungkinan memiliki indra pendengaran yang lebih kuat daripada kebanyakan abelisaurida lainnya, mirip dengan buaya zaman modern.
Indra tajam ini "akan memberikan kemampuan hebat sebagai predator bagi spesies ini," kata Federico Gianechini, paleontolog di National University of San Luis di Argentina yang penulis utama dalam studi fosil ini, seperti dikutip dari Inside Science.
Tulang-tulang Llukalkan terkubur lumpur dari sungai yang meluap, kemungkinan besar karena banjir musiman. Dinosaurus lain yang hidup di daerah yang sama, termasuk titanosaurus pemakan tumbuhan berleher panjang dan berekor panjang yang mencapai panjang sekitar 10 meter, "pasti merupakan mangsa Llukalkan," kata Gianechini.
Baca Juga: Bocah Empat Tahun Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Dinosaurus di Pantai
Sisa-sisa fosil Llukalkan ditemukan pada 2015 secara tidak sengaja saat para arkeolog melakukan penggalian di Bajo de la Carpa Formation di Argentina. Situs penggalian itu berada di tempat yang kini dikenal sebagai La Invernada, dekat kota Rincón de los Sauces, di Provinsi Neuquén, kata Gianechini seperti dikutip dari CNN.
Tujuan utama penggalian saat itu adalah untuk menemukan dinosaurus sauropoda (pemakan tumbuhan besar dan lamban) yang mereka temukan setahun sebelumnya, tetapi mereka melihat tulang dinosaurus lain menyembul di permukaan tanah beberapa hari sebelum mereka menyelesaikan penggalian. Sisa-sisa fosil Llukalkan aliocranianus yang ditemukan itulah yang kemudian para ilmuwan teliti dan identifikasi sebagai spesies baru yang telah mereka rinci dalam laporan studi yang terbit secara online di Journal of Vertebrate Paleontology pada 30 Maret 2021.
Menurut para peneliti, Llukalkan hidup pada waktu dan tempat yang kira-kira sama dengan abelisaurid yang lebih besar, yakni Viavenator exxoni. Ketika para abelisaurid ini masih hidup, kemungkinan besar mereka adalah predator teratas di daerah ini, dan mungkin di semua wilayah Patagonia, catat para ilmuwan.
Penemuan-penemuan anatomis baru yang terlihat pada foisil Llukalkan menunjukkan bahwa abelisaurid berkembang biak tidak lama sebelum akhir zaman dinosaurus sekitar 67 juta tahun lalu, mencoba jalur evolusi baru dan dengan cepat melakukan diversifikasi sebelum mereka punah, kata para peneliti.
"Dinosaurus ini masih mencoba jalur evolusi baru dan dengan cepat melakukan diversifikasi sebelum mereka punah sepenuhnya," kata Ariel Mendez, ahli paleontologi dari Institute of Geology and Palaeontology di Argentina, yang juga menjadi peneliti dalam studi ini.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | CNN,Inside Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR