Nationalgeographic.co.id—Acap kali dalam penemuan fosil, para arkeolog dapat memaparkan jenis kelamin dari pemilik belulangnya. Penemuan fosil prajurit Samartia kuno misalnya, dapat dilihat sebagai kerangka laki-laki dari beberapa ciri di tulangnya, dan peran gender sebagai tentara.
Namun tak semua temuan fosil memiliki struktur yang lengkap, sehingga menyulitkan para peneliti untuk menguak identitasnya.
Maka pengamatan lewat ciri tulang sebetulnya merupakan teknik sederhana. Tetapi, teknik ini dapat menyimpulkan hasil yang salah, terutama bagi beberapa spesies yang dimorfisme seksualnya tak begitu jelas.
Baca Juga: Seorang Bocah Tak Sengaja Menemukan Fosil Berusia '488 Juta Tahun'
Dimorfisme seksual adalah kondisi di mana dua jenis kelamin dari spesies yang sama, tetapi memiliki karakteristik berbeda antar jenis kelaminnya.
Inilah yang membuat para arkeolog dalam mengidentifikasi menggunakan metode yang lebih baru dengan teknologi. Metode itu dapat menganalisa komposisi kimiawi pada gigi untuk memisahkan laki-laki dan perempuan.
Gigi—terutama taring—memiliki data yang membantu identifikasinya, seperti jenis kelamin hingga makanan apa saja yang dilahap semasa hidupnya. Sebab pada individu manusia purba yang berusia enam tahun, tercatat sudah memiliki mahkota gigi yang terbentuk dan memiliki zat kimia yang dapat diteliti.
Kasus perdebatan gender itu terjadi pada kerangka 8 individu Homo antecessor yang digali pada 1964 di Pegunungan Atapuerca, Spanyol belahan utara. Terdapat individu yang menarik bagi para peneliti yang disebut sebagai ‘Bocah Lelaki dari Gran Dolina’ berusia sekitar 9 hingga 11 tahun.
Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis
Kerangka yang berasal dari 800.000 tahun yang lalu itu diberi kode H3. Uniknya individu ini terletak pada jenis kelaminnya masih diperdebatkan, terang para arkeolog. Laporan itu ditulis dalam Journal of Anthropological Sciences (Vol. 99) yang dipublikasikan 16 Maret.
Perdebatan ini bermula pada 2003, ketika José María Bermúdez de Castro--yang kini juga turut sebagai salah satu peneliti--mengungkapkan beberapa tulang bagian muka dan tulang depan, lebih menyerupai tulang perempuan.
Hal yang menyulitkan bagi para peneliti terkait jenis kelaminnya disebabkan usia kematiannya yang masih muda, dan belum menyentuh usia pubertas yang sebenarnya dapat membantu mereka.
“Sampai saat ini, kami hanya mengetahui jenis kelamin di satu fragmen gigi, yang mana protein email tersebut diperoleh,” jelas José María Bermúdez de Castro, salah satu peneliti dari Centro Nacional de Investigación de la Evolución Humana (CENIEH) dalam rilis.
“Tetapi studi yang dilakukan oleh tim kami ini sekarang membuka cara baru dan sangat dapat diandalkan untuk memperkirakan seks melalui metode non-destruktif.”
Pengungkapan jenis kelaminnya baru terungkap setelah diuji perbandingan dengan taring individu di dekatnya, H1. Individu H1 diyakini sebagai laki-laki muda yang umurnya hampir mirip dengan H3 itu.
Baca Juga: Bulan Purnama Bantu Membebaskan Kapal 'Ever Given' dari Terusan Suez
Pemindaian itu dilakukan menggunakan Scano Medical AG Micro-Computed Tomography 80 di lab CENIEH.
Alat itu sebelumnya pernah dipakai juga untuk sampel Neanderthal di Karpina (Kroasia), populasi fosil manusia modern di Sima de los Huesos, dan Sierra de Atapuerca, dengan akurasi hingga 92,3%
Melihat hasilnya dalam paper, Cecilia García-Campos sebagai pemimpin penelitian, langsung menyimpulkan ‘Bocah Lelaki dari Gran Dolina’ sebagai ‘Gadis Gran Dolina’.
Para peneliti memaparkan bahwa kerangka H3 ini diperkirakan memiliki perawakan dan proporsi tubuh yang mirip dengan gadis modern seusianya. Meski mungkin, ia telah berkembang lebih awal, dan masih menjadi misteri mengenai kehidupannya di 800.000 tahun yang lalu.
Tetapi yang jelas, berdasarkan analisa lainnya pada kerangka yang ditemukan di Gran Dolina level TD6, para peneliti menemukan mereka mengalami kanibalisme. Diperkirakan mereka menghadapinya karena suatu pertikaian antara kelompok-kelompok yang bersaing di sekitarnya.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR