Pada 1990-an, sejarawan Candace Clifford dan ibunya, penulis Mary Louise Clifford, mengidentifikasi setidaknya ada hampir 200 perempuan penjaga mercusuar dan pegawai perempuan dari U.S. Lighthouse Service, sebuah agen federal yang mengawasi semua mercusuar di Amerika Serikat. Jika dihitung dengan para perempuan lain yang melakukan pekerjaan bersama dengan pasangan laki-laki atau anggota keluarga mereka, atau yang bekerja dalam waktu singkat, jumlahnya bisa lebih banyak lagi.
Menjaga mercusuar bisa menjadi tugas yang sepi, dan banyak pos terdepan seperti ini sengaja ditempatkan di wilayah terpencil, bahkan berbahaya. Lampu harus menyala saat matahari terbenam dan dimatikan saat matahari terbit.
Ketika ada bunyi peluit dari pelaut tanda permintaan pertolongan, penjaga mercusuar harus segera memberitakan bantuan. Mereka juga harus memelihara mercusuar secara konstan. Dan dulu di era sebelum adanya listrik, pekerjaan ini tentunya lebih berat.
Mercusuar pertama di Amerika Serikat mengandalkan api dari batu bara atau kayu. Kemudian datang lilin dan lampu berbahan bakar minyak. Cahaya dipantulkan melalui lensa kuat yang harus dijaga kebersihannya dengan cermat. Malam demi malam, penjaga harus menaiki tangga dan menyalakan lampu.
Baca Juga: Hajjah Rangkayo Rasuna Said, 'Singa Betina' yang Hidup di Tiga Masa
Kebanyakan perempuan menjadi penjaga mercusuar karena lahir atau menikah, atau mengambil alih tugas suami mereka setelah dia jatuh sakit atau meninggal. Bangunan mercusuar terdiri atas rumah dan tempat kerja —dan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Abbie Burgess adalah contoh satu dari banyak gadis yang tumbuh di sekitar mercusuar. Dia berusia 14 tahun ketika keluarganya pindah ke Matinicus Rock, sebuah daerah tandus berbatu berjarak 25 mil dari lepas pantai Maine, pada tahun 1853. Ayahnya melakukan perjalanan ke pulau yang lebih besar untuk mendapatkan perbekalan untuk selama tiga tahun ke depan sehingga harus meninggalkan keluarga —Burgess, ibunya yang cacat, dan tiga adik perempuannya— di rumah.
Bencana melanda ketika badai musim dingin datang, menunda kepulangan ayahnya dan membuat anggota keluarga Burgess lainnya terisolasi di Matinicus Rock. Abbie Burgess yang berusia tujuh belas tahun, yang telah mempelajari penggunaan tali dari ayahnya dan dengan cermat mempelajari catatan para penjaga sebelumnya, menggantikan peran ayahnya untuk secara rutin menyalakan lampu dari dua menara mercusuar di Matinicus Rock sembari menjaga ibu dan adik-adiknya.
“Selama ini kami tanpa bantuan dari anggota laki-laki dalam keluarga kami,” tulisnya kemudian. “Meskipun kadang-kadang saya sangat lelah dengan kerja keras saya, tidak sekali pun lampu mati.”
Beberapa tahun kemudian, keluarga Burgess meninggalkan Matinicus Rock. Tapi Abbie telah jatuh cinta pada mercusuar itu dan asisten penjaga barunya. Dia kemudian menikah dengan asisten penjaga mercusuar itu dan tinggal dan bekerja di mercusuar sampai kematiannya pada tahun 1892.
Baca Juga: Fenomena Siklon Tropis di Indonesia, Kenapa Dinamakan Bunga dan Buah?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR