Nationalgeographic.co.id—Alzheimer merupakan penyakit yang umum ditemukan pada orang di atas usia 65 tahun. Penyakit itu menyerang otak yang berdampak pada penurunan daya ingat, berbicara, hingga perubahan perilaku.
Sejumlah ilmuwan memperkirakan penyakit itu terjadi akibat adanya pengendapan protein yang menghalangi nutrisi antar sel.
Tak hanya alzheimer, kanker juga merupakan penyakit mengintai masyarakat dunia yang berkembangan karena protein. Berdasarkan rilis WHO pada 2018, setidaknya 9,6 juta jiwa melayang akibat kanker yang menyerang beberapa organ.
Meski demikian hanya sedikit yang dapat dipahami para ilmuwan terkait teka-teki protein yang menyebabkan penyakit ini.
Namun sekelompok ilmuwan dari Cambride University memberikan solusi yang dapat membantu memecahkan teka-tekinya lewat algoritma teknologi machine learning. Bahkan mereka juga mengklaim, temuan mereka dapat membantu untuk memprediksinya.
Baca Juga: Berpikir Negatif Terus-menerus Berkaitan dengan Gejala Alzheimer
Temuan itu mereka publikasikan di Jurnal PNAS, Senin (13/04/2021). Tujuan lainnya, mereka menulis, supaya para ilmuwan lain dapat menyelesaikan 'kesalahan tata bahasa' pada sel yang menyebabkan penyakit lainnya di masa mendatang.
Teknologi itu kini tersedia di laman Cambridge University yang dapat diakses para ilmuwan yang tertarik mempelajari bahasa protein dengan memasukan rangkaiannya secara gratis.
Algoritma yang digunakan mirip dengan yang digunakan oleh Netflix, Amazon, dan Facebook dalam memprediksi pola penggunanya, ungkap mereka. Hal ini bisa diterapkan pada protein yang merupakan molekul besar dan kompleks yang memiliki banyak peran dalam tubuh.
Sehingga, dapat mengurai ‘bahasa biologis’ dari alzheimer, kanker, dan penyakit neuro-degeneratif lainnya agar mudah diprediksi.
“Kami menawarkan model bahasa berbasis jaringan saraf untuk mempalajari bahasa protein,” ujar Kadi Liis Saar, penulis utama studi dalam rilis akademik.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Melampaui Skor Manusia Memainkan Gim Era 80-an
“Secara khusus, kami menawarkan program untuk mempelajari bahasa kondensat biomolekuler yang berubah bentuk—tetesan protein yang ada pada sel—yang perlu dipahami oleh para ilmuwan untuk memecahkan bahasa fungsi biologi dan kerusakan yang menyebabkan penyakit.”
Kondensat merupakan cairan yang dibentuk oleh beberapa protein yang tidak teratur yang tidak memiliki membran. Cairan itu dapat bergabung secara bebas satu sama lain dengan bebas.
Alasan mereka memilih protein kondensat karena menarik perhatian di dunia ilmiah karena dapat mengontrol berbagai aktivitas penting di dalam sel seperti ekspresi gen.
Ekspresi gen sendiri adalah sistem yang dirancang untuk menghasilkan gen yang diinginkan. Atau dengan kata lain dapat mengubah DNA kita menjadi mRNA dan menerjemhakannya menjadi protein.
Kondensat juga penting untuk membuat protein dengan secara sintesis dari sel.
Baca Juga: Setahun Pagebluk Covid-19. Apa saja yang Bisa Kita Pelajari?
Kecacatan yang terjadi pada tetesan inilah yang menyebabkan penyakit seperti kanker. Para peneliti memanfaatkannya agar bisa diproses lewat teknologi dalam bahasa alami.
Knowles berpendapat, metode ini sangat penting untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan tata bahasa di dalam sel yang menyebabkan penyakit.
"Kami memasukkan algoritma semua data yang disimpan pada protein yang diketahui sehingga dapat mempelajari dan memprediksi bahasa protein," jelasnya Liis Saar
"Cara model ini sama dengan yang dapat mempelajari bahasa manusia, seperti bagaimana WhatsApp tahu cara menyarankan kata untuk kita gunakan."
"Kemudian kami dapat menyajikan tata bahasa spesifik yang hanya tertuju pada beberapa protein untuk membentuk kondensat di dalam sel. Ini adalah masalah yang sangat menantang dan membukanya akan membantu kami mempelajari aturan bahasa penyakit," pungkasnya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR