Gunung es A68 kemudian bergerak berputar ke Atlantik Selatan menuju Wilayah Luar Negeri Inggris di Georgia Selatan. Pulau kecil itu adalah tempat banyak gunung es terbesar mati. Gunung-gunung es itu biasanya terjebak di perairan dangkal setempat dan kemudian akan mencair secara bertahap.
Namun, gunung es A68 nyatanya berhasil lolos dari takdir umum bagi gunung-gunung es besar seperti itu. Gunung es A68 hancur oleh gelombang, air hangat, dan suhu udara yang lebih tinggi di Atlantik. Ia kemudian hancur berkeping-keping menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan sangat kecil, baru kemudian mencair.
Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika
"Sungguh menakjubkan bahwa A68 dapat bertahan selama itu (hampir empat tahun)," ujar Adrian Luckman, peneliti dari Swansea University, seperti dikutip dari BBC News.
"Jika Anda berpikir tentang rasio ketebalan --ini seperti empat lembar kertas A4 yang ditumpuk satu sama lain. Jadi benda ini sangat fleksibel dan rapuh saat bergerak di sekitar lautan. Dapat bertahan selama bertahun-tahun seperti itu. Tapi akhirnya pecah menjadi empat hingga lima bagian dan kemudian hilang juga."
A68 mungkin akan paling diingat sebagai gunung es pertama yang menjadi bintang di media sosial. Ini berkat kemajuan satelit.
Orang-orang di seluruh dunia sejak 2017 lalu berbagi gambar satelit mengenai gunung es itu secara online, terutama saat gunung beku itu mendekati Georgia Selatan.
Seandainya gunung es itu menabrak Georgia Selatan, keberadannya bisa mengganggu aktivitas mencari makan banyak penguin di pulau itu. Banyak orang khawatir para penguin itu akan dalam bahaya.
Percakapan sehari-hari di Twitter dan Instagram mengenai gunung es tersebut pun menjadi ramai. Hal ini diperkuat dengan mudahnya akes ke seperangkat alat data ruang angkasa yang tersedia untuk umum saat ini.
"A68 menarik perhatian banyak orang yang berbeda," komentar Laura Gerrish, spesialis pemetaan di British Antarctic Survey (BAS). "Kita memperhatikan setiap putaran dan belokan kecil (dari gerakan gunung es itu). Kita dapat mengikuti kemajuannya dengan citra satelit harian, pada tingkat detail yang belum dapat kita lakukan sebelumnya."
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Makhluk Aneh yang Hidup di Bawah Lapisan Es Antartika
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | BBC |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR