Dikutip dari Live Science, nama A-76 yang diberikan pada gunung es itu diambil dari nama kuadran Antartika tempat ia pertama kali terlihat. Keberadaan gunung es ini terdeteksi oleh Copernicus Sentinel, konstelasi dua satelit dari Uni Eropa yang mengorbit di kutub bumi. Satelit-satelit tersebut mengkonfirmasi pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh British Antarctic Survey, yang merupakan organisasi pertama yang memperhatikan pemisahan gunung es tersebut.
Karena lapisan es tempat terbentuknya gunung es ini sudah mengapung di atas air, kejadian tersebut tidak akan berdampak langsung pada permukaan laut. Namun, beting es itu selama ini membantu memperlambat aliran gletser dan aliran es ke laut. Jadi, secara tidak langsung, hilangnya sebagian lapisan es itu pada akhirnya berkontribusi pada naiknya air laut, menurut National Snow and Ice Data Center (NSIDC).
NSIDC juga mengatakan bahwa benua Antartika, yang memanas lebih cepat daripada bagian planet lainnya, menampung banyak air beku yang bisa menaikkan permukaan air laut global hingga 200 kaki atau sekitar 60 meter. Para ilmuwan tidak berpikir bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan lahirnya A-76 atau pendahulunya di dekatnya, A-74.
Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika
"A76 dan A74 hanyalah bagian dari siklus alami di beting es yang tidak menghasilkan sesuatu yang besar selama beberapa dekade," tulis Laura Gerrish, seorang peneliti di British Antarctic Survey, di Twitter. "Penting untuk memantau frekuensi semua pembentukan gunung es, tetapi ini semua sudah diperkirakakan untuk saat ini."
Satelit-satelit yang mengobit bumi akan terus melacak gunung es baru tersebut, seperti yang mereka lakukan untuk A-68A, pemegang gelar sebelumnya untuk gunung es terbesar di dunia. Setelah memisahkan diri dari lapisan es Antartika pada tahun 2017, A-68A terlepas oleh arus laut pada tahun 2020 dan nyaris bertabrakan dengan Pulau Georgia Selatan, tempat berkembang biak bagi anjing-anjing laut dan penguin-penguin. Gunung berbahaya itu pecah menjadi lusinan bagian sebelum hancur dan hilang seluruhnya.
Beting Es Ronne, yang melahirkan gunung es baru-baru ini, sebagian besar terhindar dari masuknya air hangat yang mengganggu siklus alami pembentukan kembali dan pertumbuhan es di Antartika. Tapi tidak semua bagian Antartika Barat seberuntung itu.
Live Science melaporkan pada bulan April lalu bahwa Gletser Thwaites, atau "Gletser Kiamat", ditemukan mencair lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini disebabkan arus air hangat dari timur mengikis "titik-titik penjepit" penting yang menjangkar beting tersebut ke tanah.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR