Nationalgeographic.co.id—Selama berabad-abad, Semenanjung Arab telah memainkan peran penting dalam sejarah sebagai pusat perdagangan kuno dan kelahiran Islam. Sejak Raja Abdulaziz Al-Saud mendirikan Kerajaan Arab Saudi pada 1932, negara itu mengalami tranformasi menjadi negara moderen dari sebuah negara gurun.
Bukti pertama kehadiran manusia di Semenanjung Arab berasal dari 15.000 hingga 20.000 tahun yang lalu. Gerombolan pemburu-pengumpul menjelajahi daratan, hidup dari hewan dan tumbuhan liar.
Saat lapisan es Eropa mencair selama Zaman Es terakhir, sekitar 15.000 tahun yang lalu, iklim di semenanjung menjadi kering. Daratan luas yang dulunya tertutup padang rumput subur berubah menjadi semak belukar dan gurun. Hewan liar pun juga punah. Sistem sungai menghilang, meninggalkan dasar sungai kering yang ditemukan di semenanjung saat ini.
Perubahan iklim ini memaksa manusia untuk pindah ke lembah dan oasis pegunungan yang subur. Mereka tidak lagi menjadi pemburu-pengumpul, mereka harus mengembangkan cara lain untuk bertahan hidup. Manusia-manusia itu melakukan pertanian, pertama di Mesopotamia lalu Lembah Sungai Nil dan akhirnya menyebar ke seluruh Timur Tengah.
Berkembangnya pertanian membawa kemajuan lain. Tembikar dijadikan tempat penyimpanan makanan dan hewan seperti kambing, sapi, domba, kuda, dan unta dijinakkan. Membuat orang tidak berburu.
Pemukiman menjadi lebih permanen, mengarah pada apa yang kita sebut sebagai peradaban - bahasa, tulisan, sistem politik, seni, dan arsitektur.
Kurang dari 100 tahun setelah kelahiran Islam, Kerajaan Islam meluas dari Spanyol ke beberapa bagian India dan Cina. Meskipun pusat kekuasaan politik telah pindah dari Semenanjung Arab, perdagangan berkembang pesat di sana.
Munculnya bahasa Arab sebagai bahasa pembelajaran internasional merupakan salah satu faktor perkembangan budaya Semenanjung Arab. Dunia Muslim menjadi pusat pembelajaran dan kemajuan ilmiah atau disebut sebagai Zaman Keemasan. Cendekiawan Muslim memberikan kontribusi di banyak bidang. Termasuk kedokteran, biologi, filsafat, astronomi, seni, dan sastra. Banyak dari ide dan metode mereka menjadi dasar ilmu pengetahuan moderen.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing
Kekaisaran Islam berkembang pesat hingga abad ke-17, ketika pecah menjadi kerajaan Muslim yang lebih kecil. Semenanjung Arab secara bertahap memasuki periode isolasi realtif, meskipun Mekah dan Madinah tetap jadi jantung spiritual dunia Islam dan menarik banyak pengunjung dari banyak negara.
Pada awal abad ke-18, seorang ulama dan pembaharu Muslim bernama Shaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menganjurkan untuk kembali ke bentuk asli Islam. Ia mulanya dianiaya oleh para ulama dan pemimpin lokal yang memandang ajaranya sebagai ancaman basis kekuasaan mereka. Akhirnya ia mencari perlindungan di kota Diriyah yang diperintah oleh Muhammad bin Saud.
Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud membentuk kesepakatan untuk mendedikasikan diri mereka mengembalikan ajaran murni Islam kepada komunitas Muslim. Dengan semangat itu, bin Saud mendirikan Negara Saudi Pertama, di bawah bimbingan spiritual bin Abdul Wahhab.
Pada 1788, Negara Saudi menguasai seluruh dataran tinggi tengah yang dikenal sebagai Najd. Pada awal abad ke-19, kekuasaanya meluas ke sebagian besar Semenanjung Arab, termasuk Mekah dan Madinah.
Popularitas dan kesuksesan penguasa Al-Saud menimbulkan kecurigaan terhadap kekaisaran Ottoman pada 1818. Mereka mengirim pasukan ekspedisi besar yang dipersenjatai degan artileri moderen ke wilayah barat Arab. Tentara Ottoman mengepung Diriyah. Pasukan Ottoman meratakan kota, membuatnya tidak bisa dihuni dengan merusak sumur dan mencabut pohon kurma.
Pada 1824, keluarga Al-Saud mendapatkan kembali kendali politik di Arab tengah. Penguasa Saudi, Turki bin Abdullah Al-Saud memindahkan ibukotanya ke Riyadh dan mendirikan Negara Saudi Kedua.
Di bawah pemerintahannya, Negara Saudi Kedua megalami ancaman kampanye Ottoman pada 1865 untuk memperluas kerajaan Timur Tengahnya ke Semenanjung Arab. Dengan dukungan Ottoman, keluarga Hail Al-Rashid menggulingkan Negara Saudi Kedua.
Abulaziz muda bertekad untuk mendapatkan kembali warisannya dari keluarga Al-Rashid yang telah mengambil Riyadh dan mendirikan garnisun di sana. Pada 1902, Abdulaziz yang ditemani 40 pengikutnya melakukan pawai malam ke Riyadh untuk merebut kembali garnisun kota, yang dikenal sebagai Benteng Masmak. Peristiwa legendaris ini menandai awal pembentukan negara Saudi Moderen.
Setelah mendirikan Riyadh sebagai markas besarnya, Abdulaziz merebut semua Hijaz, termasuk Mekah dan Madinah pada 1924 hingga 1925. Dalam prosesnya, ia menyatukan suku-suku yang bertika menjadi satu bangsa.
Pada 23 Septermber 1932, negara itu dinamai Kerajaan Arab Saudi, sebuah negara Islam dengan Bahasa Arab sebagai bahasa nasional dan Al-Qur'an sebagai konstitusinya.
Source | : | Saudi Embassy |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR