Dalam pelatihan AI, masalah umumnya adalah menjadi terbiasanya alat itu dengan data yang dilatihnya. Sebab, teknologi itu mengasumsikan bahwa set pelatihan itu adalah gambaran sempuran dari semua yang mungkin ditemuinya.
Para ahli komputer berusaha untuk memperbaikinya dengan memasukan beberapa gangguan ke dalam data. Biasanya berbentuk input yang diacak atau dirusak.
Masalah umum yang terkait dengan pelatihan kecerdasan buatan (AI) adalah ia menjadi terlalu terbiasa dengan data yang dilatihnya, karena mengasumsikan bahwa set pelatihan ini adalah representasi sempurna dari apa pun yang mungkin ditemuinya.
Ilmuwan mencoba untuk memperbaiki “overfitting” ini dengan memasukkan beberapa kekacauan ke dalam data, dalam bentuk input yang berisik atau rusak.
Baca Juga: Peneliti: Mimpi Merupakan Kelanjutan dari Kehidupan Dunia Nyata
Hal serupa juga terjadi pada otak kita, terutama saat usia bertambah dengan keseharian yang monoton. Keseharian yang monoton ini menjadi suatu 'set pelatihan' kita yang terbatas.
Maka, ia menyarankan sebaiknya otak kita juga melakukan hal serupa saat kita bermimpi, dengan menciptakan dunia yang aneh dalam mimpi. Sebab mimpi terjadi akibat pemahaman kita tentang dunia yang biasa dihadapi.
Misal, agar mimpi muncul terkait sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, kita harus melakukan sesuatu yang baru dan berulang ketika sedang bangun. Ketika kita terlalu banyak berlatih pada hal baru, otak akan terpicu untuk menggeneralisasinya, dan muncullah mimpi.
"Jika Anda melihat teknik yang digunakan orang dalam regularisasi deep learning, sering kali teknik itu memiliki beberapa kesamaan yang mencolok dengan mimpi," jelas Hoel.
"Hidup terkadang membosankan. Mimpi ada untuk mengecegahmu terbiasa dengan kondisi dunia."
Baca Juga: Sains Tidur: Apa yang Sejatinya Terjadi pada Otak Ketika Kita Tidur?
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR