Nationalgeographic.co.id—Kemampuan anjing dalam mengendus memang tak dapat dipungkiri. Pada bidang militer, anjing ternyata mampu mengendus keberadaan musuh hingga keberadaan bom.
Dalam penelitian lebih lanjut, mereka dapat mendeteksi beberapa penyakit berbahaya seperti kanker, lewat urin pengidapnya. Untuk kondisi pagebluk Covid-19 saat ini, para ahli medis dan ilmuwan bertanya-tanya, bisakah mereka mendeteksi virus itu?
Tentu saja bisa, hal itu dilaporkan dalam penelitian yang terbit Juli 2020 BMC Infection Desease (No.536 2020).
Baca Juga: Anjing Dapat Mendeteksi Virus Corona dengan Akurasi Menakjubkan
Dalam laporannya, para peneliti dari University of Veterinary Medicine, Jerman telah melatih anjing selama satu minggu. Hasilnya mereka dapat mendeteksi lewat sekresi pernapasan pasien dengan tingkat deteksi rata-rata 94%.
Ada pula penelitian lain yang menunjukkan 15 dari 21 anjing yang diteliti dapat mendeteksi Covid-19 dengan sensitivitas lebih dari 90%. Laporan itu dipublikasikan Journal of Veteranity Science and Research (Vol.6 (2) 2021).
Berbeda daripada tes antigen pada umumnya. Alat tes rapid dan antigen hanya mendeteksi infeksi Covid-19 dengan ketepatan 72% pada yang bergejala, dan 58% pada non-gejala. Meski demikian tes PCR masih lebih unggul dari anjing dengan ketepatan 97 persen.
Dalam laporan WHO, anjing dapat mendeteksi tanpa melakukan kontak kepada pasien, dan lebih cepat untuk dibanding alat tes biasa. Sehingga mereka dapat menjadi pelengkap data alat diagnostik secara nyata, waktu yang singkat, dan murah biaya.
Baca Juga: Anak Malaysia Terinfeksi Virus Corona Baru yang Berasal dari Anjing
Sebuah studi yang diterbitkan Senin (14/05/2021) oleh National Health Service (NHS), Inggris mengungkapkan hal yang sama. Mereka bahkan lebih cepat dari PCR, dengan mengendus dan memberikan lendir di tangan pasien.
“Ini termasuk orang yang tidak menunjukkan gejala dan juga orang dengan viral load rendah,” kata Prof James Logan salah satu peneliti, dilansir dari The Guardian.
Setiap anjing memang memiliki keakuratan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya ada yang memang dilahirkan untuk pekerjaan seperti ini, salah satunya adalah milik Claire Guest yang bernama Tala. Tala adalah anjing labrador emas, ia dapat mendeteksi 94,5% lebih akurat daripada yang lainnya.
Anjing lainnya adalah sejenis Gundog, seperti spaniel, retriever, dan labrador. Mereka memang dikenal sebagai anjing pendeteksi yang baik. Beberapa di antara mereka adalah anjing yang dilahirkan di Medical Dogs Detection, dan ada pula anjing penyelamat yang disumbangkan.
Baca Juga: Warita Para Pawang, Kisah Ikatan Antara Manusia dan Anjingnya
"Mereka juga sangat ramah dan senang bekerja di tempat umum," papar Guest.
Claire Guest merupakan CEO Medical Detection Dogs. Ia menyebut untuk melatih Tala bersama anjing lainnya membutuhkan delapan hingga 10 minggu.
Anjing-anjing itu diberi hadiah makanan atau bola yang bisa dimakan jika mereka dapat menunjukkan sampel positif dan negatif dengan benar. Mereka dilatih mengendus pada kaus, kaus kaki, dan masker yang disumbangkan. Beberapa penyumbang benda-benda itu juga dinyatakan postif Covid-19.
Tantangan terbesar bagi mereka adalah melatih para anjing bisa membedakan molekul bau mana yang terdeteksi mengadung Covid-19. Sebab bisa saja ada 'bau semu' yang membuat anjing harus lebih teliti.
Walau tinggi akurasinya, dan lebih rendah sedikit dari tes PCR, anjing hanya jadi pendeteksi tambahan, terang para peneliti. Misalnya di bandara, anjing dapat menyaring penumpang yang turun. Mereka yang tidak lolos deteksi anjing, selanjutnya akan memerlukan tes PCR sebagai konfrimasi, dan dikarantina sambil menunggu hasil.
Tentu ini akan membuat orang sedikit tidak nyaman daripada mengharuskan semua orang menjalani tes PCR dan dikarantina.
Baca Juga: Setahun Pagebluk Covid-19. Apa saja yang Bisa Kita Pelajari?
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | Wall Street Journal,livemint,The Guardian |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR