Para mahasiswa itu kembali diberikan daftar nama-nama kupu-kupu itu dan waktu 10 menit untuk menghafalnya. Kemudian mereka diminta untuk menuliskan kembali nama kupu-kupu tersebut. Setelah istirahat tidak terstruktur selama 20 menit, mereka diuji untuk kali ketiga sekaligus yang terakhirnya.
Kemampuan semua mahasiswa meningkat selama tes karena mereka telah melihat daftarnya beberapa kali. Teknik istana memori meningkatkan persentase total dari 20 nama yang diingat oleh siswa dalam jumlah sedang, dengan teknik Aborigin menunjukkan efek yang kuat.
Peluang seorang mahasiswa akan meningkat dari mengingat kurang dari 20 nama menjadi 20 nama pada tes selanjutnya tiga kali lipat di kelompok Aborigin, dua kali lipat di kelompok istana pikiran, dan naik hanya sebesar 50% di kelompok tidak terlatih.
Para mahasiswa yang dilatih dengan teknik Aborigin juga secara signifikan lebih mungkin untuk membuat daftar nama kupu-kupu secara berurutan daripada dua kelompok lainnya. Tes tersebut tidak memerlukan pengurutan daftar, kata Reser, tetapi masuk akal jika mahasiswa yang melampirkan informasi ke narasi akan mengingat informasi dalam urutan tertentu.
Baca Juga: Misteri Respons Imun Tubuh: Untuk Melindungi Diri atau Minta Bantuan?
"Anda bisa membayangkan, tentunya, di bidang medis hal-hal di mana keteraturan itu penting," kata Reser. "Jika Anda mengingat, katakanlah, jalur biokimia atau teknik bedah."
Keuntungan dari teknik Aborigin mungkin disebabkan oleh lapisan narasi tambahan, kata Reser. Atau bisa jadi ada hubungannya dengan fakta bahwa peserta tekni mengingat Aborigin secara fisik pergi ke taman untuk belajar, sedangkan peserta istana pikiran hanya membayangkan rumah masa kecil mereka. Teknik mendongeng Aborigin juga bersifat komunal, bukan perorangan, yang juga dapat membantu meningkatkan daya ingat.
Para peneliti juga menguji dampak jangka panjang dari metode pelatihan mengingat yang berbeda-beda itu. Magaret Simmons, dosen senior di sekolah kedokteran, yang turut terlibat dalam studi ini mengumpulkan umpan balik (feedback) dari para mahasiswa setelah studi dan menemukan bahwa mereka menikmati mempelajari teknik mengingat Aborigin tersebut dan beberapa masih menggunakannya dalam studi mereka.
Itu menjanjikan, kata Reser, karena banyak mahasiswa kedokteran merasa cemas mereka jumlah hafalan yang akan perlu mereka ingat. Reser dan rekan-rekannya ingin memasukkan metode ini ke dalam kurikulum, katanya, tetapi penting bagi mereka untuk menemukan instruktur Aborigin yang dapat secara akurat dan sensitif menyampaikan teknik tersebut.
"Kami ingin para siswa mengenal budaya Aborigin dan menyadari betapa kaya dan jauhnya sejarah hal ini," ucap Reser.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR