Senjata dari tulang dapat terbilang lemah jika dibandingkan dengan batu ataupun besi. Mereka cenderung lebih ringan dan rapuh, serta mudah hancur ketika mengenai targetnya.
Akan tetapi, tulang sebagai ujung anak panah masih bisa terbilang efektif dalam pertempuran. Biasanya, mereka diarahkan ke bagian-bagian tubuh yang tidak dilindungi oleh zirah.
Analisis dari para arkeolog menunjukkan bahwa ujung anak panah ini berasal dari tahun 830 SM. Dari penanggalan tersebut, arkeolog menduga bahwa pembuatan proyektil tulang ini merupakan usaha terakhir Gat untuk mempertahankan kotanya sebelum diruntuhkan oleh pasukan raja Hazael dari Aram.
Baca Juga: Naskah Kuno Alkitab dan Mumi Anak Kecil Ditemukan di Gua Horor Israel
Dugaan ini juga didukung dengan keberadaan runtuhan bengkel pembuatan senjata yang ditemukan lebih dahulu pada 2006. Bengkel ini secara khusus membuat senjata yang terbuat dari tulang, yang terlihat dari temuan serpihan dan produk-produk yang dibuat dari tulang. Padahal, bengkel-bengkel di masa tersebut membuat beragam senjata dari berbagai material seperti gading, kayu, dan batu.
Oleh karenanya, para arkeolog memperkirakan bahwa bengkel ini dibangun dalam keadaan darurat dan mendesak. Bengkel ini terpaksa membuat segala senjata dari tulang karena tidak adanya suplai bahan senjata akibat pengepungan kota oleh pasukan Aram, yang terbukti dengan adanya parit-parit dan menara di sekeliling sisa-sisa tembok kota.
Source | : | Tell es-Safi/Gath Archaeological Project,American Schools of Oriental Research,Near Eastern Archaeology |
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR