Dari analisis terhadap ujung anak panah yang ditemukan, para arkeolog menyimpulkan bahwa proyektil ini berasal dari tulang kaki sapi. Mereka juga memperkirakan bagaimana proyektil tersebut dibuat dan dibentuk sedemikian rupa hingga siap untuk dipakai dalam perang.
Para arkeolog juga tidak menutup kemungkinan bahwa proyektil ini dapat dilapisi dengan racun. Mengambil referensi dari tulisan kuno seperti Alkitab dan Epos Anzu, para arkeolog memperkirakan bahwa racun bisa saja digunakan di Gat, walaupun bukti dari keberadaan racun tersebut belum ditemukan hingga saat ini.
Baca Juga: Lorong Gaza, Simbol Kecerdikan dan Impian Kebebasan Palestina
Terlepas dari usaha pasukan Filistin, jatuhnya kota Gat pada akhirnya tidak terelakkan. Pasukan Aram di bawah raja Hazael pada akhirnya memukul mundur pasukan Filistin dan menaklukkan Gat.
Setelah menaklukkan Gat, Hazael juga sempat mengincar Yerusalem, seperti dilansir dari Ancient Origins. Kota Yerusalem saat itu berada di bawah pemerintahan Yoas dari Kerajaan Yehuda, dan hanya berjarak 36 kilometer jauhnya dari kota Gat.
Akan tetapi, penyerangan terhadap Yerusalem akhirnya dibatalkan. Pasukan Aram akhirnya lebih memilih untuk menerima upeti dari Yerusalem berupa segala emas dan harta dari kerajaan serta barang-barang berharga dari bait suci.
Sementara itu, peradaban Filistin masih terus bertahan selama dua ratus tahun lamanya. Peradaban Filistin akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Nebukadnezar Agung, membuat mereka menjadi bagian dari Kerajaan Babilonia pada 604 SM.
Baca Juga: Gerakan Partai Komunis Palestina, Perlawanan Zionis dan Lika-Likunya
Source | : | Tell es-Safi/Gath Archaeological Project,American Schools of Oriental Research,Near Eastern Archaeology |
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR