Di tahun itu pula, kepolisian berhasil mengangkap Tan Malaka dan ditahan di Bandung. Pihak kepolisian mengintrograsinya terkait aktivitasnya dengan SI dan PKI, dan hubungannya dengan gerakan Internationale yang berhubungan dengan program Soviet.
Selanjutnya, ia dibuang ke Belanda lewat kapal Insulinde. Kapal itu sempat singgah ke Padang, tetapi ia tidak diperkenankan turun meski masyarakat di Padang ingin bertemu dengannya.
Ia juga khawatir jika orang tuanya datang ke Padang untuk menemuinya. Tetapi orang tuanya tak kunjung hadir berkat permintaan adiknya. Adiknya juga sebelumnya diperintahkan oleh Tan Malaka agar tidak mengunjungi Padang pada Maret 1922, agar masalahnya tak merembet pada keluarga.
Baca Juga: Membuka Pesan di Balik Lagu Internationale untuk Perjuangan Buruh
Ketika tiba di Belanda pun ia dekat dengan tokoh kiri di sana. Bahkan pada Mei 1922, ia dicalonkan sebagai anggota dewan di Belanda lewat Communistische Partij (CP). Tujuan pencalonan ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi Hindia di Belanda.
Masa pembuangannya itu membuatnya dapat berkelana ke Kanton (kini Guangzhou), Singapura, Filipina, Thailand, dan Hong Kong, memimpin biro buruh, hingga menerbitkan buku.
Ketika dia Filipina, berdasarkan Tempo Edisi Kemerdekaan: Tan Malaka (2008), dia dielu-elukan banyak pihak
Baca Juga: Kisah Hidup Soesilo Toer: Doktor Pemulung dan Tuduhan Komunis
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR