Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan hingga aktivis lingkungan telah sering melaporkan penemuan sampah plastik yang kian marak. Diperkirakan ada delapan juta ton sampah plastik yang masuk lautan setiap tahunnya, dan terkoyak menjadi mikroplastik.
Mikroplastik yang sulit dilihat dengan mata telanjang dapat membahayakan ekosistem di laut. Maka dua peneliti dari University of Michigan mencoba membuat pemetaan penyebarannya.
Cara ini menjadi pengembangan baru bagaimana mikroplastik terbentuk, hingga pergerakannya.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan bebas di IEEE Xplore, Rabu (09/06/2021), mereka mengandalkan Cyclone Global Navigation Satellite System (CYGNSS). Sehingga, dapat memberikan pandangan global dan memperbesar area detil untuk gambar resolusi tinggi penyebaran mikroplastik dalam satu lokasi.
Peneliti utama Chris S. Ruf dalam rilis University of Machigan mengklaim teknik ini merupakan terobosan dengan peningkatan besar dibandingkan metode pelacakan yang sudah ada.
Terutama, pelacakan yang mengandalkan laporan dari kapal pukat plankton yang menjaring mikroplastik bersama tangkapannya.
"Kami masih awal dalam proses penelitian, tetapi saya harap [teknik] ini dapat menjadi bagian dari perubahan mendasar dalam bagaimana ktia melacak dan mengelola polusi mikroplastik," ujar Ruf.
Metode pelacakan mereka menggunakan data dari CYGNSS. Sistem itu terdiri dari delapan mikrosatelit yang diluncurkan pada 2016 dengan tujuan awal memantau cuaca akan badai, dan membantu prediksi keparahannya.
Baca Juga: Robot Mikroskopis Ini Dirancang untuk Mengurai Mikroplastik di Lautan
Metode pelacakan mereka menggunakan data dari CYGNSS. Sistem itu terdiri dari delapan mikrosatelit yang diluncurkan pada 2016 dengan tujuan awal memantau cuaca akan badai, dan membantu prediksi keparahannya.
Para peneliti kemudian melacak tempat-tempat di lautan yang tampak kurang kasar dari kecepatan angin yang seharusnya, lewat pengukuran NOAA.
Lalu, mereka mencocokkan area itu dengan pengamatan aktual dari kapal pukat plankton dan model arus laut yang memprediksi migrasi mikroplastik.
Ternyata ditemukan korelasi tinggi antara area yang lebih halus permukaannya dan yang memiliki lebih banyak sampah mikroplastik. Mereka yakin kasar-halusnya permukaan laut tidak disebabkan langsung oleh mikroplastik, tetapi oleh surfaktan.
Baca Juga: Studi Ungkap Area Laut Dalam Menjadi Tempat Berkumpulnya Mikroplastik
Surfaktan adalah keluarga senyawa jenis minyak atau sabun yang bisa menurunkan tegangan permukaan pada permukaan cairan.
Secara umum, surfaktan menyertai mikroplastik di lautan, baik karena sering dilepaskan dengan mikroplastik, maupun karena mereka bergerak dan terkumpul dengan cara yang yang sama ketika berada di air.
Ruf dan rekannya, Madeline C. Evans, menemukan bahwa mikroplastik global cenderung berkonsentrasi dengan cara yang bervariasi berdasarkan musim. Ketika musim panas di belahan bumi utara, mikroplastik memuncak di Atlantik utara dan Pasifik.
Sedangkan saat musim dingin, konsentrasi cenderung lebih rendah di Great Pacific Garbace Patch--kumpulan plastik besar yang menyerupai pulau.
Baca Juga: Tim Peneliti Belanda: Mangrove di Pesisir Jawa Dibekap Sampah Plastik
Hal itu diduga karena kombinasi arus yang lebih kuat dan memecah gumpalan mikroplastik, dan meningkatanya pencampuran vertikal yang menekannya lebih dalam di permukaan air, papar Ruf.
Data mereka juga menunjukkan beberapa lonjakan singkat akan konsentrasi mikroplastik di muara Sungai Yangtze. Sungai Yangtze juga selama ini dicurigai sebagai sumber utama mikroplastik ke lautan. Selain itu para peneliti juga menghasilkan visualisasi konsentrasi mikroplastik di seluruh dunia, seperti dalam video rilis mereka.
“Menduga sumber polusi mikroplastik adalah satu hal, tetapi melihat hal itu terjadi adalah hal yang berbeda,” Ruf berpendapat. “Data mikroplastik yang tersedia kemarin-kemarin itu sangat jarang, hanya cuplikan singkat yang tidak dapat diulang.”
Agar bisa membantu beberagai LSM lingkungan, para peneliti dalam waktu dekat melakukan pertemuan degnan organisasi pembersihan laut di Belanda seperti The Ocean Cleanup. Tujuannya adalah mevalidasi temuan awal ini.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR