Nationalgeographic.co.id – Pengalaman berwisata yang berkesan dapat dirasakan saat merambah Jepang. Negeri Matahari Terbit ini menjadi tempat yang penuh dengan pesona teknologi, budaya, dan keindahan alam.
Keberadaan kereta super cepat, mesin penjual otomatis, hingga inovasi hotel kapsul yang futuristik dapat membuat siapa pun yang mengunjungi Jepang merasa seperti hidup di masa depan.
Di sisi lain, Jepang juga memiliki keindahan alam dan budaya tradisional dari masa lampau. Taman Nasional Jepang memiliki slogan merk, yaitu "Ada kisah di alam itu, Stories to Experience—National Parks of Japan—" yang menceritakan orang-orang yang hidup di tengah alam, gaya hidup, dan budaya.
Wisatawan bisa melihat keindahan dari perpaduan modern dan tradisional tersebut di Hokkaido, bagian paling utara Jepang.
Baca Juga: Kisah Suku Ainu di Hokkaido, Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan
Hokkaido elok dengan pemandangan alam yang terjaga. Di sana, terdapat pemukiman suku Ainu, masyarakat adat Jepang, yang tersebar di berbagai tempat.
Berbeda dengan yang sering dikatakan dalam rekomendasi destinasi wisata mainstream, Hokkaido tak cuma indah di musim dingin. Setiap musim memberi corak tersendiri pada alam Hokkaido.
Taman nasional juga dapat menjadi tujuan bagi pejalan yang ingin memperoleh pengalaman lengkap mengagumi alam dan kekayaan budaya Hokkaido.
Dari 34 taman nasional yang ada di Jepang, enam diantaranya terletak di pulau ini. Salah satu yang wajib untuk dikunjungi adalah Taman Nasional Akan-Mashu.
Baca Juga: Jigokudani, 'Lembah Neraka' di Hokkaido, Tertarik Mengunjunginya?
Taman Nasional Akan-Mashu terletak di timur Hokkaido. Untuk menuju ke lokasinya, dibutuhkan sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan pesawat dari Bandara Internasional Haneda dengan tujuan akhir Bandara Kushiro atau Memanbetsu.
Selanjutnya, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menggunakan Bus Akan yang langsung atau Bus Abashiri via stasiun Abashiri menuju pemberhentian akhir di Akanko Onsen. Namun, pengunjung juga dapat pergi menggunakan kereta JR Line dengan pemberhentian akhir di Stasiun Kawayu-Onsen.
Meski rute yang ditempuh bus dan kereta berbeda, semua perjalanan akan membawa pengunjung melihat keindahan lanskap alam dari timur Hokkaido ini.
Baca Juga: Festival Obon, Ketika Warga Jepang Sambut Kedatangan Arwah Leluhur
Keistimewaan Taman Nasional Akan-Mashu pun dapat dirasakan saat menyusuri tiga danau kalderanya, yakni Danau Mashu, Kussharo, dan Akan yang sebening kristal dan mengunjungi pemukiman suku Ainu.
Melihat pesona danau para dewa
Jika memilih pemberhentian terakhir di Stasiun Kawayu-Onsen, Danau Mashu bisa menjadi pilihan destinasi pertama. Untuk mencapai danau tersebut dari stasiun hanya perlu waktu sekitar 30 menit saja menggunakan mobil atau bus.
Danau Mashu terkenal akan airnya yang sebening kristal. Kejernihan airnya membuat Anda dapat melihat hingga ke dasar danau. Hal tersebut membuat Danau Mashu menjadi salah satu danau terjernih di dunia.
Bahkan, danau ini memancarkan warna biru yang sangat terang dan indah sehingga penduduk lokal menyebutnya Biru Mashu (Mashu Blue).
Baca Juga: Filosofi Wabi Sabi, Melihat Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Sementara, orang-orang Ainu menyebut danau ini dengan sebutan Kamuito atau danau para dewa. Hal ini disebabkan oleh letaknya yang berdekatan dengan Gunung Mashu yang juga disebut sebagai gunung para dewa.
Untuk melihat penampakan Danau Mashu dari sudut panorama yang lebih luas, pengunjung dapat mengunjungi beberapa observatory deck yang tersebar di tepian danau dengan mobil van.
Saat musim dingin, pengunjung dapat menyaksikan fenomena es berwarna pink yang langka dari spot tersebut di pagi hari. Dari observatory deck di Danau Mashu, keindahan pemandangan langit penuh bintang dapat dilihat pada malam hari.
Menikmati aktivitas di alam terbuka di Danau Kussharo
Melanjutkan perjalanan selama 30 menit dari Danau Mashu, pejalan dapat menemukan Danau Kussharo yang merupakan danau terbesar di Taman Nasional Akan-Mashu.
Baca Juga: Berwisata ke Bendungan Terbesar di Jepang
Di tepian danau ini, pengunjung dapat mendaki bukit untuk mencapai Tsubetsu Pass Observatory. Dari sana, pemandangan lautan awan yang menakjubkan dapat dinikmati terutama saat pagi hari di musim panas hingga musim gugur.
Keindahan puncak Gunung Meakan dan Oakan juga dapat dinikmati dari observatory deck tersebut. Keduanya merupakan gunung beraktif yang masih termasuk dalam kawasan Taman Nasional Akan-Mashu.
Musim gugur dan panas di Danau Kussharo tak kalah menyenangkan. Aktivitas seperti bersepeda, memancing, dan berkemah menjadi aktivitas populer yang bisa dilakukan di sekitar danau ini.
Tak hanya itu, pengunjung dapat menjajal menyusuri hulu sungai Kushiro selama 60 menit menggunakan kano. Sungai ini merupakan satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Kussharo.
Baca Juga: Terpikat Pesona Jepang di Chubu
Airnya yang begitu jernih akan membawa pengunjung menyaksikan keindahan ekosistem sungai.
Saat musim dingin tiba, Danau Kussharo akan dipenuhi oleh angsa whooper yang bermigrasi dari Siberia.
Pengunjung dapat menikmati pemandangan danau indah sambil berendam di onsen—sumber air panas—yang tersedia di sekitar danau.
Menjelajahi Danau Akan dan bertemu dengan suku Ainu
Selain melihat keindahan alam di Danau Mashu dan Kussharo, pengunjung dapat pengalaman keseruan aktivitas di tepi Danau Akan. Lokasinya terletak di bagian barat Taman Nasional Akan-Mashu.
Baca Juga: Menyaksikan Cahaya Pagi Berbentuk Hati di Gua Kameiwa Jepang
Pengunjung dapat menempuh perjalanan menggunakan Bus Akan langsung dari Bandara Kushiro atau menyewa mobil dari Kawayu-Onsen. Waktu perjalanan yang ditempuh sekitar 1 jam.
Danau Akan merupakan rumah bagi tumbuhan ganggang langka berbentuk bulat yang disebut marimo. Ganggang langka tersebut telah hidup selama berabad-abad dan tumbuh hingga seukuran bola sepak.
Di sekitar danau ini, Pejalan dapat menyusuri jalan setapak dengan pepohonan yang tumbuh di sana. Selama perjalanan, pengunjung dapat menemukan banyak kubah lumpur panas yang menyemburkan gas vulkanik yang disebut Bokke.
Selain itu, pengunjung dapat menyusuri keindahan Danau Akan menggunakan kano. Perjalanan ini akan membawa pengunjung melihat lansekap hutan dan bertemu dengan spesies langka seperti elang ekor putih hingga elang osprey.
Baca Juga: Pesona Kastel Kuno Matsumoto
Menikmati keindahan hutan di tepi Danau Akan juga dapat dilakukan dengan tur sepeda bersama pemandu. Tur sepeda ini akan mengantar pengunjung melihat pohon katsura berusia 800 tahun.
Pada musim dingin, pengunjung juga dapat bersepeda di atas Danau Akan yang beku sambil menikmati lansekap musim dingin yang indah.
Perjalanan mengitari Danau Akan tidak akan lengkap tanpa berhenti di Akan Ainu Kotan, pemukiman di Akankohan yang dihuni oleh suku Ainu asli.
Tempat ini dipenuhi oleh toko-toko suvenir yang menjajakan kerajinan kayu artistik dan sulaman tradisional khas Ainu, serta restoran yang menyajikan masakan khas suku Ainu.
Baca Juga: Mengunjungi Halaman Para Kaisar
Selain melihat kerajinan tangan, pengunjung juga dapat mempelajari budaya suku Ainu yang ditampilkan melalui Teater Akan Ainu yang disebut Ikor.
Teater ini menampilkan beberapa kesenian lokal, seperti tari tradisional dan pertunjukkan boneka yang disajikan oleh penduduk desa untuk menceritakan kebudayaan mereka.
Di teater ini, pejalan dapat menyaksikan ‘Lost Kamuy’, sebuah pertunjukkan seni yang mengungkap kehidupan antara suku Ainu dan serigala Hokkaido atau serigala Ezo. Diceritakan pula kisah bagaimana serigala tersebut punah.
Pertunjukkan tersebut juga memadukan tarian tradisional dari suku Ainu dengan bantuan grafis komputer (CG).
Melalui cerita ini, pengunjung dapat menyelami sejarah kebudayaan suku Ainu dan mempelajari pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam.
Di Taman Nasional Akan-Mashu, pengunjung dapat merasakan #StoriesToExperience yang menakjubkan melalui keindahan lanskap alam terbuka hingga kehidupan suku Ainu yang penuh sejarah.
Dapatkan #StoriesToExperience yang menyenangkan saat mengunjungi Taman Nasional Akan-Mashu melalui TripAdvisor.
Aktivitas yang diperkenalkan pada artikel dapat berubah akibat penyebaran COVID-19. Untuk itu, silahkan kunjungi situs web resmi untuk mendapatkan informasi terbaru.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR