Penelitian yang dipimpin Ian Joughin dari University of Washington itu, menggunakan citra satelit Copernicus Sentinel-1 yang dioperasikan European Space Agency.
Satelit itu juga dilengkapi synthetic aperture radar (SAR) yang mengambil bidikan gambar dalam hitam-putih. SAR jugamemproyeksikan gelombang radio di lanskap, serta merekam sinyal yang memantul kembali, terang Joughin di Live Science.
Satelit ini sudah mulai beoperasi mengambil gambar dari gletser Pine Island setiap 12 hari. Pada musim gugur 2016, para ilmuwan sudah mulai mengumpulkan data setiap enam hari.
Baca Juga: Sains Terbaru Ungkap Penemu Benua Antarktika Bukanlah Orang Barat
Lalu data dari Januari 2015 hingga September 2020 dikumpulkan mereka, beserta berbagai gambar untuk membuat rincian video perubahan lapisan es.
Khususnya pada September 2017, yang merupakan saat bagian lapisan es terlepas ke lautan, sangat signifikan pada garis pantai di selatannya.
Tampaknya, kata Joughin, hal ini bertepatan dengan percepatan gletser yang tiba-tiba, yang terus bertambah cepat ketika lebih banyak gunung es yang terlepas dari lapisan es selama tiga tahun ke depan.
Tetapi tidak ada perubahan yang jelas akibat pengaruh suhu laut di sekitarnya. Fenomena ini menandakan bahwa penipisan es akibat air hangat tidak bisa disalahkan, simpul mereka dalam laporan.
Agar mengetahui apa yang sebenarnya memicu percepatan pasca September itu, tim membuat model aliran es dari gletser dan lapisan es, dengan mempertimbangkan kondisi di lapangan.
Baca Juga: Suhu Kutub Selatan Memanas 3 Kali Lebih Cepat Dibanding Wilayah Lain
Source | : | Live Science,arXiv |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR