Nationalgeographic.co.id—Saat ini, Eridu sering dianggap sebagai salah satu pemukiman permanen tertua di Mesopotamia, bahkan bisa jadi tertua di dunia. Orang Sumeria kuno juga percaya bahwa Eridu adalah kota pertama di dunia. Mereka mendokumentasikan kepercayaan tersebut ke dalam Sumerian King List dan Eridu Genesis. Setidaknya 18 lapisan pemukiman ditemukan di situs tersebut. Lokasinya di Irak.
Bangsa Sumeria kuno sendiri menyebutkan peninggalan kuno Eridu. Dalam Sumerian King List, misalnya, tertulis bahwa “Setelah kerajaan turun dari surga, kerajaan berada di Eridug.” Selain itu, dalam mitos penciptaan yang dikenal sebagai Eridu Genesis, konon merupakan salah satu dari lima kota yang ada sebelum peristiwa Air Bah. Kota lainnya adalah Bad-Tibira, Larak, Sippar, dan Suruppak.
Bukti arkeologis menunjukkan, bahwa struktur paling awal berasal dari milenium ke-6 SM. Kota Eridu mencapai puncaknya selama milenium ke-4 SM dan terus dihuni sampai sekitar abad ke-7 SM. Namun pada saat itu, kota tersebut telah kehilangan nilai-nilainya. Eridu sekarang dikenal sebagai Tell Abu Shahrain, terletak sekitar 20 km di barat daya Kota Ur. Situs arkeologi ini adalah sebuah gundukan besar yang terbentuk selama ribuan tahun.
Proses pembangunan kota yaitu dengan cara membentuk pemukiman baru, di atas reruntuhan pemukiman yang sebelumnya. Kota Eridu, menurut penggalian arkeologi, berada 7 meter di atas pemukiman lapisan pertama. Sebagian besar temuan tersebut berasal dari periode Ubaid dan Uruk, yang berlangsung pada milenium ke-6 hingga ke-4 SM.
Dewa pelindung Eridu adalah Enki, dikenal juga dalam bahasa Akkadia sebagai Ea, sang dewa air. Menurut mitologi Sumeria, pemukiman tersebut didirikan oleh Enki. Dari kota inilah peradaban menyebar ke daerah lain di sekitarnya. Di Eridu, kuil Enki dikenal sebagai E-Abzu. Kata Abzu dapat diterjemahkan sebagai 'Samudera Dalam', dan mengacu pada mata air bawah tanah. Mata air tersebut diyakini sebagai sumber dari sanalah kehidupan dimulai.
Penggalian arkeologi dari E-Abzu telah mengungkapkan, bahwa kuil dimulai sebagai sebuah ruangan kecil berisi apa yang telah disebut oleh para sarjana sebagai 'ceruk pemujaan' dan 'meja persembahan'. Namun, selama ribuan tahun, penduduk membangun kuil baru di atas reruntuhan kuil lama, yang masing-masing berukuran ebih besar dari yang sebelumnya.
Baca Juga: Berkat Kekeringan, Istana Berusia 3.500 Tahun Peninggalan Kekaisaran Kuno di Irak Terungkap
Abzu akhirnya menjadi ziggurat, sebuah monumen berbentuk piramida berundak yang berukuran besar, cerminan yang tepat dari status Enki sebagai dewa utama. E-Abzu kemungkinan adalah ziggurat terbesar di Mesopotamia kuno.
Meskipun E-Abzu adalah pusat situs arkeologi, ada pula elemen menarik lainnya. Penggalian yang lebih baru, misalnya, telah mengungkapkan bahwa selama periode Ubaid, kota tersebut merupakan pusat produksi tembikar. Arkeolog menemukan pecahan tembikar yang berhamburan dan sisa-sisa proses pembakarannya.
Mereka juga menemukan sisa-sisa jaring ikan, pemberat, dan bahkan model perahu buluh telah ditemukan di lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan adalah kegiatan ekonomi utama yang dilakukan oleh penduduk sana.
Baca Juga: Delapan Barang Berumur 50 Abad Milik Irak Dikembalikan Oleh Inggris
Eridu adalah kota dominan di Mesopotamia selatan selama periode Ubaid, tetapi akhirnya digantikan oleh Uruk. Namun demikian, Kota Eridu terus dihormati sebagai kota pertama, yang berkat E-Abzu, mempertahankan makna religiusnya .
Kota Eridu sempat mengalami kemunduran pada akhir milenium ke-3 SM yang dibebakan oleh faktor ekologi. Kota ini terus berpenghuni sampai sekitar abad ke-7 SM, meskipun pada saat itu hanya menjadi bayang-bayang atas kejayaan yang dimiliki sebelumnya.
Pada tahun 2016, Eridu ditorehkan sebagai UNESCO World Heritage Site (Situs Warisan Dunia), sebagai bagian dari “Ahwar Irak Selatan: Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Lanskap Relik Kota Mesopotamia”.
Baca Juga: Mengapa Ada Tujuh Hari dalam Seminggu? Berikut Penjelasannya
Source | : | ancient-origins.net |
Penulis | : | Fadhil Ramadhan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR