Sebuah hiasan kepala yang menjulang ditambah sebuah giwang tusuk mempercantik seorang penari djanger Bali pada tahun 1930-an. ”Ini bagian dari pertunjukkan tari campur gender yang lebih bebas dan modern,” tulis Maynard Owen Williams dalam artikelnya Bali and Points East di NATIONAL GEOGRAPHIC edisi Maret 1939. Para penari pria dalam tarian ini terkadang terlihat seperti serombongan pemandu sorak dengan gerakan-gerakan berlebihan dan dibuat-buat seperti Groucho Marx (aktor komedi Hollywood terkenal),” tulis Williams. ”Gerakan cepat terpotong pendek, goyangan dan ayunannya, jentikan jemarinya, dan kerlip gemerlap mahkota-mahkotanya seperti gambar timbul yang kontras dengan bayangan gelap di bawah pohon banyan—seperti djanger.” —Margaret G. Zackowitz
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Bobo Fun Fair x Jelajah Kuliner Bintang Hadir di Uptown Mall BSB City Semarang
KOMENTAR