Baginya, siapa yang paling kuat antara kelompok ini akan menentukan apakah dunia seni akan berubah atau kembali ke norma lama. Inilah yang kemudian dikenal dengan proses refreezing.
Terlepas dari persimpangan jalan ini, filsuf Tommy F. Awuy melihat bahwa perkembangan teknologi pada akhirnya tidak terelakkan. "Banyak mahasiswa dalam kuliah saya itu terus terang antiteknologi, tetapi ketika pandemi datang dan diharuskan mengikuti kuliah online, sikap itu mendadak luluh," tuturnya sambil terkekeh.
Tommy berpendapat, bahwa teknologi sepanjang sejarah manusia terus mengubah tatanan nilai dan mentalitas masyarakat. Ia berkaca pada penemuan teknologi seperti alfabet yang memicu literasi dan nalar manusia, dan memiliki implikasi jauh terhadap terciptanya filsafat di Yunani Kuno. Selain itu, ia juga menggunakan contoh mesin cetak yang berpengaruh kepada gerakan intelektual dan individualitas di Eropa, dan mesin uap yang memicu revolusi industri dan perkembangan telekomunikasi.
Baca Juga: Mengungkap Kisah di Balik Lukisan Modigliani Tentang Mantan Kekasihnya
"Dan yang paling dahsyat adalah [kehidupan] kita sekarang ini dipicu oleh tiga teknologi, yakni komputer, satelit, dan listrik," kata Tommy. Baginya, kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat lepas dari ketiga teknologi ini. Belum lagi dengan keberadaan internet dan media sosial yang secara tidak langsung tercipta dari teknologi ini.
"Di sinilah saya mengambil sebuah sikap, sekali teknologi muncul itu sulit sekali dibendung," lanjutnya. Oleh karenanya pula, ia berpendapat bahwa dunia seni harus mau tak mau merangkul teknologi dan beradaptasi, termasuk para akademisi seni.
"Kita harus mengubah kurikulum seni kita agar berorientasi pada teknologi. Kita sehari-hari ditentukan teknologi, dan lembaga seni akademik mana pun tidak bisa melalaikan atau menolak peranan teknologi ini," jelas Tommy.
Tak pelak, perkembangan zaman menuntut perkembangan manusia dan bidang yang ditekuninya. Seperti disimpulkan Mikke, para pegiat seni perlu menyadari bahwa seni sudah bisa dilaksanakan di berbagai tempat, sehingga tidak ada halangan untuk tumbuh dan berkreasi lebih lanjut lagi. "Jadi kalau memang kita berada di wilayah dunia digital ini, mau tidak mau kita juga harus mempersiapkan diri untuk mengenali teknologi secepat mungkin, dan mengembangkan kemampuan kita sendiri sesuai tujuan hidup kita di masa mendatang," tutup Mikke.
Baca Juga: Ketika Budaya Bertemu Teknologi: Penari Kolok di Bali Adakan Pagelaran Virtual
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR