Selama tiga pekan berikutnya, ratusan ekor paus datang silih berganti untuk melahirkan dan merawat bayi yang warnanya pucat atau mengaduk-aduk air secara berkelompok, dan bersaing untuk kawin, lalu kembali ke laut lepas. Angin kencang bertiup dari segala arah—saat ini adalah pertengahan musim dingin di Belahan Bumi Selatan—menyelimuti lereng bukit dengan salju. Para peneliti berhasil mengatasi ombak dalam perahu kecil itu untuk melakukan pemotretan guna keperluan identifikasi dan mengumpulkan sampel kulit dengan anak panah kecil yang ujungnya berlubang sehingga mereka dapat mengetahui susunan genetik populasi hewan yang sedang pulih ini dengan lebih teliti. Glenn Dunshea, dari Pusat Ilmu Terapan Mamalia Laut Australia, tertarik pada telomer—urutan DNA di ujung kromosom yang secara bertahap menjadi semakin pendek sepanjang masa hidup hewan. Dengan mengkajinya pada paus sikat, yang mungkin dapat mencapai usia hampir satu abad (kerabat dekat mereka, paus kepala busur, mungkin dapat mencapai usia dua abad), Glenn berharap dapat menemukan lebih banyak informasi tentang peranan telomer dalam proses penuaan. Bukankah ironis jika jalan menuju rahasia awet muda tersembunyi dalam tubuh makhluk yang nyaris kita musnahkan?
!break!
Kraus dan Rolland mengarungi perairan dalam perahu kedua untuk mengamati dan memotret kawanan paus itu dalam rangka melakukan evaluasi yang teliti secara visual tentang kesehatan paus, yang dapat mereka bandingkan dengan kondisi kesehatan populasi paus di Amerika Utara yang tengah mengalami masalah. Mereka tampak ceria dan penuh semangat berada di kerajaan satwa raksasa itu, tetapi perasaan riang itu bercampur dengan perasaan sedih. Sebagaimana yang dikatakan Rolland, “Kita baru saja melihat lebih banyak anak paus sikat dalam waktu dua jam ini dibandingkan dengan yang akan dapat dilihat orang sepanjang tahun di seluruh Atlantik Utara.”
Menjaga satwa liar, bahkan di bagian dunia yang paling terpencil sekalipun, semakin lama semakin sulit.
Kondisi paus selatan memang baik-baik saja saat ini, tetapi untuk menjaga kondisi yang seperti sekarang, diperlukan perlindungan yang lebih baik terhadap kawasan musim dingin dan rute migrasi yang kritis. Peralatan penangkap ikan memikat begitu banyak burung laut penyelam di perairan selatan yang jauh sehingga beberapa jenis albatros sangat terancam keberadaannya. Di kala penangkapan ikan dan populasi paus sama-sama berkembang, konflik dengan paus mungkin tak terelakkan dalam waktu dekat.
Sementara itu, dalam hal paus Atlantik Utara, penangkapan ikan secara komersial dan transportasi laut merupakan industri penting berskala amat besar. Memodifikasi kegiatan industri tersebut di sepanjang pesisir timur guna melindungi beberapa ratus ekor paus sikat bukanlah sesuatu yang mudah ataupun murah. Namun, berbagai model yang dibuat oleh para ilmuwan menunjukkan bahwa menyelamatkan dua ekor saja dari paus betina yang sudah matang secara seksual agar tidak terbunuh sudah akan dapat mengubah kecenderungan spesies yang nyaris punah ini dari penurunan atau stagnan menjadi meningkat.
Jika informasinya seperti itu, masalahnya tampak tak terlalu sulit untuk ditanggulangi. Sebuah jaringan kerja yang terdiri atas survei udara dan kapal, ditambah sejumlah sukarelawan yang tekun mengamati mamalia laut berdarah panas ini, siap membantu.
!break!
Kelompok sukarelawan ini mencakup para penyisir pantai yang gesit, orang-orang yang suka berkumpul untuk minum kopi bersama di pagi hari dan kemudian berkendara dari satu tempat pengamatan ke tempat pengamatan berikutnya, dan penduduk yang mengamati dari jendela kondominium mereka. Juga terdapat regu vertikal. Mereka naik lift ke puncak gedung-gedung tertinggi di sekitar dan memindai lautan lewat sudut pandang seekor burung camar.
Ada juga sejumlah pelacak paus lewat udara. Pilot sukarela George Terwilliger menerbangkan para ilmuwan yang menyaksikan induk-induk paus dan anaknya di Georgia Bight pada 1984; sebelumnya, tidak ada yang tahu di mana paus sikat Atlantik Utara yang masih tersisa melahirkan. Terwilliger masih suka terbang dua tiga kali sepekan, mengemudikan pesawat Air Cam yang khusus dirancang untuk pengamatan dalam kecepatan rendah dan fotografi.
Tidak jadi soal apakah paus yang muncul ke permukaan itu diamati dari pantai, atap rumah, atau angkasa, informasinya dengan cepat disampaikan melalui telepon hotline ke Sistem Peringatan Dini yang meneruskannya ke para pelaut militer maupun niaga. Manakala operator kapal niaga berukuran lebih dari 300 metrik ton memasuki habitat paus sikat, mereka harus memberitahu Sistem Pelaporan Kapal Wajib, yang secara otomatis memberikan informasi tentang kapan saat terakhir kalinya hewan tersebut terlihat.
Cara ini memang ada kelemahannya. Nakhoda kapal tidak wajib melambatkan kapalnya jika memang tidak menghendakinya. Belum lama ini, Pemerintah federal memangkas aliran dana untuk penelitian tentang pelestarian paus sikat. Namun, tampaknya tidak ada yang dapat meredam antusiasme para sukarelawan.
Sambil berdiri di jalan papan dalam sebuah klaster permukiman di Florida, siap dengan teropong, Donna McCutchan berkata, “Kebanyakan orang di lingkungan ini seperti saya. Mereka tidak tahu bahwa paus melewatkan musim dingin di sini. Sekarang, semua orang tahu tentang paus, dan mereka juga tahu harus menelepon jika kebetulan melihatnya.” McCutchan sendiri belum pernah melihat paus lagi selama berminggu-minggu. Dia tidak keberatan menunggu, katanya. “Saya pernah menyaksikan induk paus berguling telentang, dan beberapa ekor lumba-lumba hidung botol meloncatinya. Paus memang membuat kita ketagihan. Jika sudah pernah melihatnya, kita tidak ingin mereka pergi. Tidak akan.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR