Karena hutan yang padat, pasangan Limbert mungkin tidak akan pernah menemukan gua itu tanpa bantuan dari penduduk setempat. "Bapak Khanh telah bersama kami sejak awal," ujar Howard, menganggukkan kepala kepada pria kurus yang sedang merokok di samping api unggun. Kami berjongkok di sekeliling api tepat di jalan masuk menuju Hang En, terowongan sepanjang satu setengah kilometer yang terdapat di bawah serangkaian gunung menuju dunia yang yang hilang. "Tidak mungkin melakukan semua ini tanpa bantuannya," kata Howard. Pasangan Ho Khanh tinggal di desa tetangga. Ayahnya tewas dalam perang, memaksa Khanh pada usia muda untuk mengurus dirinya sendiri di dalam hutan. Selama sekian tahun lamanya dia berburu di seluruh perbatasan negara ini, mencari perlindungan di dalam sejumlah gua saat turun hujan, atau dihujani bom.
!break!
"Butuh tiga ekspedisi untuk menemukan Hang Son Doong," ujar Howard. "Khanh menemukan pintu masuk sewaktu kecil tetapi sudah lupa tempatnya. Dia baru saja menemukannya kembali tahun lalu."
Rumpunan bambu dan tanaman lainnya menutupi gundukan batu kapur, membuat tempat itu tidak bisa ditembus. Di bawah tanah, bagian dari Vietnam ini terdiri dari sebuah blok kapur yang sangat besar, kata Darryl Granger, seorang ahli geomorphologi dari Universitas Purdue. "Seluruh daerah menyeruak ke atas ketika sub-benua India menghantam benua Eurasia 40 sampai 50 juta tahun yang lalu,” ujarnya. Hang Son Doong terbentuk dua sampai lima juta tahun yang lalu, ketika air sungai yang mengalir di atas batu kapur menembus patahan, menciptakan terowongan raksasa di dalam pegunungan. Di berbagai tempat di mana gugus batu kapur cukup rapuh, langit-langit runtuh ke dalam gua, menciptakan lubang di langit-langit berukuran raksasa.
Anette Becher, seorang penjelajah gua dan ahli biologi Jerman, telah menemukan kutu kayu, ikan, dan kaki seribu berwarna putih, yang biasanya ditemui di habitat dalam kegelapan. Selain itu, Dai Inh Vu, seorang ahli botani dari Akademi Sains dan Teknologi Vietnam, yang telah mengidentifikasi tanaman yang tumbuh di bawah lubang cahaya, menyimpulkan bahwa pada dasarnya tanaman ini sama dengan yang tumbuh di hutan di atasnya. Tetapi ilmu pengetahuan semacam ini bukanlah fokus utama dari ekspedisi ini, yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi. Untuk penjelajah gua seperti pasangan Limbert, menemukan sebuah gua sebesar Hang Son Doong bagaikan menemukan Gunung Everest di bawah tanah yang belum pernah diketahui sebelumnya. "Kami hanya baru menemukan permukaannya saja, " kata Howard tentang taman nasional, yang diangkat menjadi situs Warisan Dunia pada tahun 2003 berkat hutan dan gua-guanya. "Ada sedemikian banyak hal yang harus dilakukan."
Ketika Howard dan Deb pertama kali melihat ruangan raksasa ini, mereka merasa yakin telah menemukan gua terbesar di seluruh dunia—dan mereka mungkin benar. Masih ada gua yang lebih panjang dibandingkan Hang Son Doong sistem Gua Mammoth di Kentucky, dengan panjang 590 kilometer, yang memegang rekor itu. Ada gua-gua yang jauh lebih dalam - Krubera-Voronja, "gua gagak," dengan kedalaman 2.191 meter di Pegunungan Kaukasus di Georgia barat. Namun untuk gua raksasa, tidak banyak yang bisa dibandingkan dengannya. Pada saat penemuan Hang Son Doong oleh pasangan Limbert, gua terbesar saat itu adalah Gua Rusa di Taman Nasional Gunung Mulu Borneo Malaysia, yang baru-baru ini diukur memiliki panjang dua kilometer, lebar 150 meter, dan ketinggian 120 meter. Namun akhirnya para penjelajah menyimpulkan, dengan menggunakan instrumen laser yang akurat, Hang Son Doong, lebih panjang 4 kilometer dengan serangkaian lorong yang memiliki lebar 90 meter dan, serta di beberapa tempat, memiliki ketinggian hampir 200 meter.
!break!
"Kami sebenarnya tidak sedang mencari gua terbesar di dunia," kata Deb. Namun dia senang bahwa ketenaran baru gua itu mungkin bisa memperbaiki kehidupan penduduk desa setempat.
Setelah lima hari mendaki, memanjat, dan merangkak,
ekspedisi itu baru setengah jalan ke dalam gua. Menghitung semua penjelajah gua, ilmuwan, kru film dan fotografi, dan kuli, maka kami adalah sebuah tim dengan anggota lebih dari dua lusin orang, yang sepertinya telah memperlambat jalan. Selain itu, keadaan akan semakin berbahaya saat mendaki reruntuhan di daerah Awas Ada Dinosaurus: Tergelincir saat menginjak batu-batuan yang licin bisa berarti jatuh meluncur lebih dari 30 meter dalamnya.
Ketika kami mencapai lubang cahaya berikutnya, Taman Edam (istilah konyol lainnya), lubang itu tampak lebih besar dari yang pertama, hampir selebar atap Superdome di New Orleans. Di bawah lubang itu tampak tumpukan reruntuhan lain dengan hutan terdiri dari pohon setinggi 30 meter, akar gantung, dan jelatang. Saat waktu dan persediaan kami mulai menipis, Howard memutuskan sudah saatnya untuk mengirim tim pendahulu menuju Tembok Besar Vietnam, untuk melihat apakah ada jalan yang bisa dilalui. Dinding tersebut terletak lebih dari satu setengah kilometer jauhnya di ujung terowongan dengan bentuk seperti V dengan parit berisi air sedalam setengah meter di bagian bawahnya. Dinding lumpur, lengket seperti selai kacang, menjulang 12 meter di kedua sisi. Tidaklah mungkin untuk berjalan di dalam parit, kami pasti selalu tersandung. Pada saat mencapai dinding, kami akan tertutup
lumpur sehingga akan terlihat bagaikan baru berenang di dalam puding cokelat. Para penjelajah gua menamakan bagian ini Passchendaele, mengikuti nama parit pertempuran pada Perang Dunia I, tempat sekutu kehilangan 310.000 tentara hanya untuk mendapatkan daerah sepanjang delapan kilometer di dekat desa Belgia, Ypres.
Memanjat dinding lumpur setinggi 60 meter mengandung resiko teknis yang besar sehingga membutuhkan orang yang benar-benar gila untuk melakukannya. Untungnya, Howard telah memilih Gareth "Sweeny” Sewell dan Howard Clarke sebagai tim pendahulu. Kedua orang itu telah bersama-sama menjelajah gua selama 20 tahun lamanya di dalam sejumlah lubang yang paling berbahaya di Inggris. Clarky adalah pedagang air mani banteng, dan Sweeny adalah spesialis hukum yang entah bagaimana telah meyakinkan istrinya bahwa mereka harus menjual satu-satunya mobil yang mereka miliki sehingga dia bisa terus melanjutkan ekspedisi menjelajahi gua.
!break!
Hari pertama di dasar dinding, Clarky menjaga tali yang digunakan oleh Sweeny yang dengan gagah berani mulai memanjat ke atas, mengebor lubang demi lubang. Hampir semua lubang terlalu berongga untuk menahan sekrup tempat digantungkannya tali.
Selama 12 jam mereka menceracau dengan ocehan Yorkshire-nya yang dihiasi sumpah serapah—"Dasar sampah yang ditutupi lumpur sialan," ujar Sweeny pada satu titik. Namun keduanya mengatakan apapun tentang bahaya yang sesungguhnya dari tugas tersebut. Bila salah satu sekrup berukuran 15 sentimeter itu terlepas maka tali yang digantungi Sweeny akan kehilangan tambatan dan kemungkinan besar semua sekrup di bawahnya akan lepas, mengirimkannya kepada kematian.
Pada hari kedua pendakian, setelah mendirikan bivak di dasar dinding untuk malam itu, Sweeny kembali ke titik tertinggi sebelumnya, Clarky kembali menjaga talinya. Tak lama kemudian deru bornya bergema di dalam kegelapan, Sweeny telah mendaki sedemikian tingginya sehingga kami hanya bisa melihat lampu helmnya secara samar. Pada pukul dua siang—tentu saja tidak masalah jam berapa sekarang, saat kegelapan menyelimuti 24 jam 7 hari lamanya--setelah mengebor lubang dan mendaki lebih tinggi selama 20 jam, Sweeny pada akhirnya menghilang ke atas dinding dan beberapa menit kemudian kami mendengar: "AAIIOOOOO!!"
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR