Pada 1989 Mikhail Gorbachev memperbolehkan bangsa Tatar pulang ke Krimea. Sekitar 260.000 orang sudah kembali, dan kini membentuk 13 persen penduduk Krimea. Dalam kondisi senantiasa diusir-usir dan ditelantarkan, mereka banyak yang tinggal di gubuk penduduk liar di pinggiran Simferopol dan Bakhchysaray, berharap dapat memperoleh kembali tanah leluhur mereka. Meski demikian, sebagian besar bangsa Tatar pro-Ukraina. Mereka takut pada Rusia secara refleks—karena nasionalisme Rusia dan karena Rusia adalah penerus Uni Soviet—tetapi Ukraina tidak memiliki sejarah seperti itu.
!break!
"Keluargaku selalu membicarakan Krimea," kata Rustem Skibin, seniman Tatar berusia 33 tahun, yang bermata sayu namun setajam elang. Kami duduk di studionya di belakang rumahnya di Acropolis, sebuah desa di timur laut Simferopol, tempat pesisir hijau Krimea berubah menjadi cakrawala panjang stepa yang panas dan kering. "Dulu aku mendengar ceritanya," katanya, "tapi tidak merasa ikut terlibat." Keluarganya dulu dipaksa pindah ke Uzbekistan. "Lalu pada 1991 kami kembali. Krimea Tanah Air kami. Aku pergi ke Alushta untuk melihat jalan-jalan sempit dengan rumah-rumah Tatar yang kecil. Aku merasa cocok berada di sana. Aku pun memahami apa artinya menjadi orang Tatar di kampung halamanku."
Saya sering mendengar orang berkata, ini Tanah Air kami, tetapi Tanah Air siapa sebenarnya? Bagi Galina Onischenko, Tanah Air adalah Rusia. Bagi Rustem Skibin, Krimea adalah kampung halaman bangsa Tatar dan memang demikian halnya selama sekurang-kurangnya tujuh abad. Bagi Sergey Kulik, 54 tahun, yang dulunya perwira di kapal selam Rusia dan kini direktur Nomos, badan perencana strategi Sevastopol, Tanah Air adalah Ukraina.
"Aku sedih saat Uni Soviet runtuh," Kulik mengakui saat makan malam suatu kali. "Tiba-tiba aku terkatung-katung. Aku harus menyesuaikan diri."
Sebagai perwira angkatan laut, Kulik hidup nyaman di bawah kekuasaan Soviet, tetapi keruntuhan itu mendatangkan pemahaman baru. Orang bisa hidup nyaman tapi tetap dikelilingi penindasan, kebrutalan, dan kebohongan. "Aku juga memiliki nostalgia, tetapi tidak buta," dia menjelaskan.
Saat Ukraina merdeka dan mengambil alih Sevastopol (kota tertutup semasa kekuasaan Soviet; perlu izin untuk masuk ke sana), kedua pemerintah harus membagi-bagi Armada Laut Hitam. Kulik dan rekan-rekan pelautnya—sekitar 100.000 orang—diberi waktu setahun untuk memilih Angkatan Laut Rusia atau Ukraina.
!break!
"Aku tidak berpikir dua kali," kata Kulik. "Aku orang Ukraina. Orangtuaku di sini. Bahasaku bahasa Ukraina. Jadi, aku memilih Angkatan Laut Ukraina." Tapi, apa artinya menjadi orang Ukraina? Tanya saya.
Kulik berpikir sejenak. "Menjadi orang Ukraina sama seperti bernapas," jawabnya. Saya merasa pertanyaan ini penting terus diajukan.
"Pada abad ke-21, yang penting adalah perbatasan politik. Jika seseorang menganggap dirinya orang Ukraina, berarti dia orang Ukraina," kata Olexiy Haran, seorang profesor ilmu politik.
"Ukraina adalah pohon ceri yang mekar, gandum yang masak, bangsa kami yang keras kepala dan bekerja keras, dan bahasa yang kucintai," Anatoliy Zhernovoy bersikeras, pengacara dan anggota gerakan Kosak Ukraina. Bangsa Kosak Ukraina, yang leluhurnya berpatroli di stepa pada abad ke-13 sampai ke-18, mewakili kebangkitan identitas nasional yang berotot.
"Era nasionalisme sudah berlalu. Menjadi orang Ukraina berarti menjadi warga Ukraina. Itu saja," kata Vladimir Pavlovich Kazarin, perwakilan presiden untuk Krimea di Simferopol.
Namun, Sergey Yurchenko dari Serikat Kosak Krimea tidak sepakat. Kelompok paramiliternya yang beranggota 7.000 orang menganggap diri mereka pembela ideologi nasionalis Rusia. Saya bertemu Yurchenko di kompleks Kosak yang berjarak sejam berkendara dari Sevastopol. Sebulan lagi kompleks itu akan menampung 200 anak lelaki usia 12-15 tahun yang akan mengikuti perkemahan musim panas dan mendapat pelatihan gaya militer, yang akan dipimpin Yurchenko. Lelaki itu mengenakan beret dan seragam bertempur, dengan wajah seperti petarung sering kena tonjok. Dia menunjukkan lapangan tempat anak-anak itu nanti tidur di tenda. "Mereka kami ajari patriotisme," katanya. Mereka juga akan diajari bela diri dan menembakkan senapan mesin.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR