Elang digunakan sebagai lambang oleh banyak negara, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di Amerika, dan Jerman yang menjadi negeri asal saya, serta banyak bangsa lainnya. Fotografer cenderung menggambarkan burung ini sebagai hewan yang agung, senantiasa berbega di langit biru dengan bulu yang rapi jali.
Di Kepulauan Aleut di Alaska, saya menemukan elang botak yang lebih liar dan lebih tangguh dari gambaran itu. Hewan ini kotor, basah, dan berkelahi satu sama lain, jauh dari bayangan ideal mengenai lambang negara. Akan tetapi, mungkin burung yang mampu menghadapi cuaca berat dan sesama yang menyusahkan ini dapat menjadi sumber inspirasi yang lebih baik.
Di sekitar desa Unalaska dan Pelabuhan Dutch, bandar nelayan terbesar di Amerika Serikat, elang ini sangat terbiasa dengan kehadiran manusia. Ikan di mana-mana, dan elang berkeliaran, mencari sisa-sisa. Burung ini hinggap di kapal nelayan, menggeratak geladak saat kapal berlabuh. Elang ini mendatangi tempat nelayan membersihkan jaring.
Untuk mengambil beberapa foto ini, saya pergi ke alam liar di luar kota, ke tempat berkumpul mereka. Di sini, saya bisa berinteraksi langsung dengan burung ini, tanpa harus menggunakan penyamaran. Kawanan burung tersebut sepenuhnya menyadari kehadiran saya. Saya harus berhati-hati, saya harus mempelajari hewan ini. Sering kali saya berbaring telungkup sambil dikelilingi oleh 40 elang.
Saya telah tujuh kali ke Aleut, dan masih akan kembali ke sana. Saya manusia elang—saya sangat suka pada elang.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR