Kembali ke truk Kogi BBQ pada sabtu malam yang dingin itu, antrean merayap maju namun mengular semakin panjang seiring semakin banyaknya pelanggan. Dengan ponsel cerdas dalam genggaman, pengunjung yang kebanyakan berasal dari kalangan hipster memotret taco mereka dan mengunggahnya melalui twitter. Beredar bisikan bahwa truk itu telah kehabisan kimchi, kubis pedas berfermentasi, ciri khas hidangan Korea. Tak masalah. Ada banyak kelezatan lainnya yang bisa dipilih, walaupun bukan hanya makanan yang mendatangkan orang-orang ini. Bercampur dengan semerbak daging panggang pedas adalah aroma komunitas, semangat persahabatan yang muncul dari berbagi pengalaman.
Antrean memiliki sifat sosial. Orang asing memulai percakapan. Pasangan muda dari Cleveland yang tengah berlibur di California mengungkapkan bahwa mereka bermobil selama dua jam untuk ikut mengantre. Pasangan di depan mereka mengakui, mereka berjalan kaki dua blok dari rumah, diikuti anjing mereka untuk menyantap Kogi. Kedua pasangan itu berbagi tawa, berbagi cerita. Mereka memesan, mendapatkan makanan, dan menikmatinya. Sederhana, menyentuh jiwa, memuaskan. Ternyata gagasan ini tidak terlalu gila.
---
Fotografer Gerd Ludwig (@GerdLudwig) tinggal di LA dan merasakan kekerabatan dengan pemilik truk: “Seperti saya, mereka fleksibel, terbuka, siap bereaksi.”
Penduduk asli L.A. David Brindley (@wordies) adalah managing editor National Geographic. “Sisi kurang romantis dari makanan jalanan adalah menggerogoti taco di halte bus.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR