“Kami menunjukkan bahwa substrat saraf bipedalisme hadir di ikan skate kecil Leucoraja erinacea, yang nenek moyangnya dengan tetrapoda ada 420 juta tahun yang lalu,” ungkap Dasen. “Leucoraja menunjukkan fitur inti dari gaya berjalan lokomotor tetrapoda, termasuk pergantian kiri-kanan dan ekstensi-fleksi timbal balik dari sirip perut.”
Leucoraja juga menggunakan program yang bergantung pada faktor transkripsi Hox yang sangat dilestarikan yang penting untuk persarafan selektif otot sirip/tungkai. Jaringan ini mengkodekan modul konektivitas periferal yang berbeda dari yang digunakan dalam renang berbasis otot aksial dan tampaknya telah berkurang pada sebagian besar ikan modern.
“Temuan ini menunjukkan bahwa sirkuit yang penting untuk berjalan berkembang melalui adaptasi jaringan regulasi genetik,” ungkap Dasen, “yang dimiliki oleh semua vertebrata dengan pelengkap berpasangan.”
Baca Juga: Nasib Malang Ikan Pari yang Harus Berenang di Lautan Sampah Plastik
Secara fisik, ikan skate kecil memang mirip pari, tapi mereka lebih dekat kekerabatannya dengan hiu. Tubuhnya seukuran piring makan besar, dan nyaris sama pipihnya, dengan ekor panjang menggeliat.
Tak seperti spesies ikan lainnya yang menggoyang-goyang tulang belakang mereka untuk bergerak maju, ikan skate kecil berenang dengan tulang belakang yang hampir sepenuhnya lurus. Alih-alih menggoyang tulang belakangnya, ikan ini justru bergantung pada otot-otot di kaki mereka untuk bergerak.
Saat menyaksikan perilaku ikan tersebut, Dasen tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagian pada sel-sel ikan yang memungkinkan hewan tersebut berjalan. Sebelum ini, ilmuwan pernah menguji sirkuit saraf tikus dan menemukan bahwa mematikan gen tertentu akan menyebabkan tikus jatuh lemas atau menjadi lumpuh.
Baca Juga: Studi Baru Khawatirkan Keberadaan Ikan Kakap dan Kerapu di Laut Jawa
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR