“Bahkan setelah bertahun-tahun, setiap kali seekor panda hamil atau melahirkan di sini, semua orang sangat gembira dan bersemangat,” kata Zhang Xin, pawang berpengalaman. “Setiap hari kami menjaga panda dewasa, bayi mereka, seberapa banyak mereka makan, seperti apa kotoran mereka, apakah suasana hati mereka bagus. Kami hanya ingin mereka sehat.”
Di kondisi ini, hampir tidak ada yang alami dalam proses produksi panda. Untuk mengatur suasana hati panda, para pengembang biak di Tiongkok mencoba menggunakan “pornografi panda”—video panda yang tengah kawin—terutama untuk memancing gairah dengan suara; apel yang ditancapkan di kayu untuk memancing panda jantan agar mau mengambil posisi menindih; obat-obatan herbal Tiongkok; bahkan Viagra dan mainan seks.
Protokol yang digunakan saat ini mencakup inseminasi artifisial, kadang-kadang dengan sperma dari dua jantan. Sebagian tantangannya adalah masa subur panda betina yang hanya sekali dalam setahun selama 24 hingga 72 jam. Ahli endokrinologi memonitor hormon-hormon dalam urine untuk memproduksi ovulasi dan bisa melakukan inseminasi beberapa kali dalam satu atau dua hari untuk memperbesar kesempatan implantasi.
Kemudian, selama berbulan-bulan, panda betina membuat para pawang menduga-duga. “Sulit untuk memastikan kehamilan seekor panda,” kata direktur BFX, Zhang Guiquan.
Panda bisa mengalami implantasi tertunda, masa kehamilan yang sangat bervariasi, fluktuasi hormon acak, dan keguguran diam-diam.
Selama jutaan tahun beruang liar mela-kukannya tanpa campur tangan manusia, berdasarkan siklus alami, penandaan aroma, panggilan kawin, dan hubungan sosial kompleks yang sebagian besar tidak ada di penangkaran.
Keartifisialan ini dan aspek-aspek lain dalam kehidupan panda-panda itu meresahkan Sarah Bexell dari University of Denver, yang telah bertahun-tahun bekerja di tempat pengembangbiakan panda lain: “Beruang sangat acuh tak acuh, terutama panda.” Mereka belajar mengelola perasaan mereka dan mungkin terlihat santai, ujarnya, “namun seandainya kita bisa duduk dan mewawancarai mereka, kita akan mendengar penjelasan yang sangat berbeda.” Ahli ekologi dari Smithsonian, William McShea, menambahkan: “Yang kita inginkan untuk mereka lakukan—pada dasarnya adalah melakukan hubungan seks di bilik telepon dengan ditonton oleh banyak orang—benar-benar berbeda dari reproduksi panda yang sesungguhnya.”
Tetap saja, Tiongkok memperoleh hasil besar. Pada 2015, 38 bayi panda dilahirkan di sana. Di bangunan taman bermain panda di pusat BFX terdapat ruang inkubator, tempat para bayi, ketika tidak sedang bersama induk asli ataupun induk pengganti mereka, mendapatkan perawatan sepanjang waktu dari manusia. Memisahkan induk dan bayinya merupakan tindakan kontroversial, tetapi jumlah bayi panda yang bertahan hidup meningkat ketika staf memberikan bayi yang lemah atau ditolak oleh induknya pada induk pengganti yang penuh kasih sayang.
“Kuda dan panda sama-sama menyukai lereng yang landai dan hutan bambu; kuda juga suka memakan bambu. Maka kuda berdampak signifikan bagi konservasi panda.”
Para pengunjung di luar menempelkan hidung dan moncong kamera ke jendela ruang inkubator, berkomentar gemas pada lima bayi panda (penampilannya seperti bola rambut) di keranjang yang diletakkan di lantai.
Liu Juan, sosok mungil dan pemalu dengan kacamata berbingkai kotak, bekerja selama 24 jam, sif keduanya pekan itu. Merawat bayi yang baru lahir, memberi mereka susu botol, mengayun-ayun, menyendawakan, menanggapi ringkikan haus perhatian, menggosok-gosok perut untuk merangsang pencernaan, menimbang dan mengukur, dan menjaga agar para balita tidak berkeliaran—“pekerjaan ini seolah-olah tanpa akhir, benar-benar gila,” ujarnya. Ada tekanan yang sangat besar, ungkapnya, untuk menjaga agar bayi-bayi itu tetap hidup. “Mereka sangat penting bagi Tiongkok.”
Sebagian besar panda di BFX akan menghabiskan kehidupan mereka di pe-nangkaran, baik di Tiongkok maupun di berbagai kebun binatang di luar negeri. Tetapi di Provinsi Sichuan, para peneliti telah memikirkan masa depan yang jauh lebih liar bagi bayi-bayi panda.
Hetaoping, basis panda yang lebih tua di dalam Suaka Alam Wolong, adalah kompleks ba-ngunan batu dan beton yang berlokasi di lembah pegunungan Qionglai Shan. Pada akhir 1970-an Tiongkok mendirikan stasiun lapangan sederhana di bagian lembah yang berhutan dan, sejak 1980, bekeja sama dengan WWF, organisasi Barat pertama yang bekerja sama di bidang pelestarian panda dengan pemerintah Tiongkok. WWF mengirim ahli biologi George Schaller untuk memimpin riset yang menjadi dasar bagi pengetahuan kita mengenai panda saat ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR