di antara lima benua yang dirambah oleh kucing liar, angka kehilangan terbesar dipegang oleh Asia. Benua ini tidak hanya ditempati oleh paling sedikit spesies kucing kecil—14—tetapi juga tempat binatang kurang dipahami dan menghadapi ancaman terbesar.
Sebagian besar hutan di Asia Tenggara telah dikembangkan atau dijadikan perkebunan kelapa sawit, bahan pangan yang produksinya telah berlipat ganda sejak 2000. Ini tentu mempersulit kehidupan kucing kepala datar (Prionailurus planiceps) dan kucing bakau, karena keduanya mengandalkan lahan basah di dataran rendah untuk berburu ikan, makanan utama mereka.
Menganggap persebaran perkebunan kelapa sawit sangat mengkhawatirkan, Le Parc des Félins, kebun binatang di luar Paris memajang dua keranjang belanja—yang pertama memuat produk-produk yang dibuat dengan minyak kelapa sawit, yang kedua memuat produk-produk yang tidak mengandung minyak kelapa sawit. Barang-barang di kedua keranjang itu—es krim, kue, sereal—pada dasarnya terlihat sama.
“Kami tidak meminta orang-orang me-nyumbang uang tetapi mengurangi konsumsi minyak kelapa sawit,” kata Aurélie Roudel, pe-nyulih di taman teduh seluas 71 hektare itu.
Ancaman lain yang dihadapi oleh kucing kecil adalah perdagangan hewan liar ilegal, terutama penyelundupan kulit, bulu, dan bagian tubuh binatang lainnya, ungkap Roudel. Pada 1980-an Tiongkok mengekspor kulit dari ratusan ribu kucing bengal (Prionailurus bengalensis), spesies yang hidup di seluruh Asia. Walaupun permintaan terhadap kulit telah jauh menurun, di Tiongkok kucing bengal masih diburu dan dibunuh karena memangsa binatang peliharaan.
Kucing bengal, saya mengetahuinya tidak lama kemudian, adalah binatang yang cukup mengagumkan. Gerimis turun pada suatu siang di bulan Juni, dan sebagian besar penghuni taman di Prancis itu meringkuk di dalam kandang mereka, tetapi dua ekor kucing bengal masih berkeliaran. Salah satunya dengan lihai meniti balok kayu, menjilati cakar depannya, sementara temannya mengunyah bilah rumput panjang, mengingatkan saya pada kucing maine coon peliharaan saya.
Kemudian saya teringat pada perkataan Alexander Sliwa, kurator Cologne Zoo: Kucing kecil sangat berbeda dengan kucing rumah, terutama karena mereka selalu bergerak. Kucing berkaki-hitam, misalnya, bisa berjalan sejauh hampir 30 kilometer dan makan hingga seperlima bobot tubuhnya setiap malam. Tidak seperti Fluffy si penguasa sofa, “kucing kecil tidak suka bermalas-malasan.”
Begitu pula para ahli konservasi, yang mulai mengangkat beberapa spesies dari kegelapan, berharap bisa menyelamatkan mereka. Pada 2016 mereka meluncurkan upaya internasional untuk meneliti dan menyelamatkan kucing pallas (Otocolobus manul) dari Asia Tengah, spesies yang jumlahnya terus berkurang tetapi sangat dibayangi oleh macan tutul salju yang termasyhur.
“Sebagian besar tugas kami adalah memopulerkan kucing Pallas,” kata David Barclay, koordinator European Endangered Species Programme for the Pallas’s Cat. Dia mendapatkan bantuan berkat kegilaan akan kucing di internet. Kucing bulat berbulu lebat itu menjadi hit di Internet berkat wajah galak dan polah menggemaskannya saat bermain-main di gunung, habitat mereka. Walaupun orang-orang “menertawakan video tentang mereka,” kata Barclay, “mereka menjadi tahu tentang keberadaan kucing itu.”
Sementara itu di Taman Nasional Sierra de Andújar di Spanyol, di dekat tempat Helena dan teman-teman lynxnya hidup, ekoturisme yang melibatkan pengamatan-lynx menjamur selama beberapa tahun terakhir.
“Kami mitra bisnis,” Luis Ramón Barrios Cáceres, pemilik resor Los Pinos, berujar tentang lynx sambil tertawa. “Mereka yang bertugas membayar tagihan.” Kelompok-kelompok tur pengamatan-lynx kerap menjadikan hotel di desa sebagai basis operasi mereka. Toko cendera mata di hotel-hotel pun dipenuhi dengan berbagai kenang-kenangan.
Di dekat resor, tepatnya di Peternakan San Fernando, Pedro López Fernández mengizinkan pemburu kelinci (saat jumlah kelinci melimpah) dan lynx memasuki propertinya yang memiliki luas 280 hektare.
Lynx adalah “salah satu spesies paling berharga karena asalnya hanya dari sini,” kata López. Tidak semua pemilik lahan sepakat bahwa kucing itu harus dilindungi. Sebagian dari mereka jengah terhadap campur tangan pemerintah dan tidak menginginkan lynx di properti mereka. Namun, López percaya bahwa lynx adalah bagian dari warisan Spanyol dan negara harus memastikan kelestariannya.
Di Pusat Penangkaran La Olivilla di Santa Elena, para ilmuwan bekerja keras melakukan itu. Di hadapan sederet layar komputer, para pawang mencatat tingkah 41 lynx Iberia mereka sepanjang waktu. Di siang yang panas ini, sebagian besar dari kucing-kucing itu—betina berusia subur, bayi, dan remaja yang tengah dipersiapkan untuk mengikuti program pengenalan kembali—tengah beristirahat di dalam ruangan.
Dokter hewan di sini, Maria José Pérez, menjelaskan tentang kerja keras yang diperlukan untuk mempersiapkan pelepasan lynx muda dilepas ke alam liar: membatasi ruang gerak mereka dengan penghalang hitam agar mereka tidak melihat manusia, memasukkan kelinci untuk makanan mereka melalui tabung yang disarukan dengan tanaman, menakut-nakuti mereka dengan klakson agar mereka mewaspadai mobil. “Saya merasa bangga karena bisa berkontribusi menghindarkan lynx dari kepunahan,” kata Pérez.
Di mejanya, pawang Antonio Esteban menunjukkan video seekor induk lynx dan keempat bayinya yang berbaring di tanah. Kelak satwa ini akan penting bagi kelestarian spesies mereka. Tetapi saat ini mereka tengah melakukan keahlian semua kucing: tidur siang.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR