Sel punya alias sel induk, sel yang belum berdiferensiasi dan berpotensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh, ternyata punya peranan dalam menentukan "kejadian" di kulit kepala.
Hal itu ditemui oleh sebuah studi baru, yang diterbitkan oleh Journal Clincial Investigation, pimpinan oleh George Cotsarelis dari Department of Dermatology di University of Pennysylvania of Medicine.
Para tim peneliti membandingkan folikel (kantong kelenjar yang kecil dan sempit) pada kulit kepala yang botak dan kulit kepala normal. Mereka menemukan jumlah sel punca yang sama di bagian botak dan di bagian normal. Meskipun demikian, ilmuwan tidak mendapati adanya sel dewasa, yang disebut sel progenitor, di dalam folikel kulit kepala yang botak.
Temuan itu membuat tim peneliti menduga bahwa kebotakan bukan dipengaruhi oleh jumlah sel punca, melainkan adanya gangguan aktivasi sel punca dalam folikel. "Sebuah gangguan dalam aktivasi yang mengubah sel punca menjadi jadi sel dewasa (progenitor) di kulit kepala yang botak," kata Cotsarelis.
Para peneliti belum mengetahui hal yang memicu gangguan. Tapi mereka merasa bisa melakukan aktivasi. "Karena sel punca masih ada, kami berharap bisa melakukan aktivasi sel tersebut," kata Cosarelis.
Pada tahun 2007, Cotsarelis menemukan folikel rambut pada tikus dewasa dapat diperbarui dengan mengaktifkan kembali gen yang sebetulnya hanya aktif pada tahap embrio yang sedang berkembang.
Dalam studi kali ini, tim tersebut juga menemukan populasi sel progenitor di dalam tikus yang mirip sel manusia. Sel ini mampu membuat folikel dan menumbuhkan rambut ketika disuntikkan ke dalam tikus yang memiliki kekurangan daya tahan tubuh.
Langkah selanjutnya bagi para peneliti adalah mempelajari stem dan populasi progenitor pada berbagai jenis kerontokan rambut. Hasil penelitian dapat digunakan untuk membantu mengatasi kebotakan. (Stephanie Silitonga)
Sumber: Science Daily
REKOMENDASI HARI INI
Peneliti Ungkap 'Kesalahan' pada Blue Quran, Tak Terlihat oleh Mata Telanjang
KOMENTAR