Yayasan Kehati bekerja sama dengan Alstom Foundation, sebuah yayasan yang didirikan perusahaan listrik dari Prancis, akan menanam 3.000 bambu di sejumlah daerah aliran sungai. Hal yang dicanangkan pada Kamis (13/1) di Cibinong tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas kurangnya perhatian terhadap bambu di negeri ini serta membantu menangkal erosi dan banjir.
Bambu selama ini lebih dianggap sebagai tanaman liar yang kurang dipedulikan. Kelestariannya juga kurang diperhatikan dengan penebangan yang tiada henti. Padahal, sebenarnya bambu memiliki manfaat bagi ekosistem daerah aliran sungai (DAS). Rumpun bambu yang kuat bisa menjadi penangkal erosi dan banjir serta memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar DAS.
Direktur Eksekutif Yayasan Kehati MS Sembiring mengatakan, program penanaman bambu untuk konservasi DAS sangat strategis. "Pertumbuhannya yang cepat dapat membantu menyelamatkan daerah resapan air, khususnya bantaran sungai," ujarnya. Ia juga menambahkan kalau bambu bisa menjadi rumah bagi organisme lain seperti burung. "Bagi manusia, bambu bermanfaat sebagai bahan pangan dan bahan bangunan karena bisa sebagai pengganti kayu," katanya.
Dalam kerja sama ini, bambu yang ditanam terdiri dari lima jenis, yaitu bambu tali, bambu gombong, bambu bitung, bambu hitam, dan bambu haur koneng. Penanaman akan dilakukan di tiga lokasi, yakni bantaran Sungai Ciliwung, bantaran Sungai Pasanggrahan, dan bantaran Sungai Cisadane. Sebagai permulaan aksi, kemarin sudah ditanam 15 bambu di area Yayasan Bambu Indonesia yang berada di bantaran Sungai Ciliwung wilayah Cibinong.
Selain penanaman bambu, terdapat juga program pelatihan pemanfaatan bambu, termasuk bagi perempuan. Diharapkan, masyarakat lebih mengenal fungsi bambu dari sisi ekologi, ekonomi, dan kebudayaan.
Sebanyak 1.250 jenis bambu tersebar di seluruh dunia. Dari 159 jenis yang terdapat di Indonesia, 88 jenis di antaranya merupakan spesies endemik dan 37 jenis sudah jarang ditemukan di wilayah Jawa Barat. (Yunanto Wiji Utomo)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
KOMENTAR