Energi yang berasal dari gas alam juga memiliki bahaya serius. Sifatnya yang mudah terbakar dan menyebar di atmosfer hanya sedikit contoh.
Di tengah-tengah krisis energi yang saat ini terjadi di Jepang, akibat beberapa reaktor nuklirnya di Fukushima tak lagi berfungsi
menyusul gempa bumi dan tsunami, muncul adanya wacana penggunaan gas alam sebagai suatu altenatif untuk mengganti nuklir. Pemerintah Jepang pun telah meminta bantuan tambahan pasokan gas alam
cair dan minyak bumi untuk meningkatkan pasokan listrik yang anjlok.
Proyek baru gas alam cair terkompresi yang dinilai akan lebih
efektif ini lantas menjadi perbincangan yang menjamur secara global. Namun gas alam bukannya hadir tanpa risiko. Menurut situs web Venture
Beat, pemberitaan mengenai gas alam tidak berimbang. "Gas alam memiliki bahaya serius pula," demikian tertera pada situs web Venture Beat.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga
cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bilaterjebak dalam
ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai
titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat
menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.
"Sebelum kebijakan gas alam sebagai sumber daya energi baru, perlu
ada kesadaran akan bahaya yang mungkin juga muncul. Risiko tidak dapat
dikesampingkan," ulas New York Times pada salah satu beritanya.
Bencana di Fukushima tersebut juga telah mendorong banyak negara
mengkaji
ulang opsi pembangkit listrik tenaga nuklir mereka untuk memastikan
kecelakaan serupa tidak akan terulang. Sejak gempa Jepang, keamanan
dari reaktor nuklir yang tertanam dalam tanah juga mulai diragukan.
Jepang mendapatkan pasokan
listrik dari tenaga nuklir. Ada kehilangan daya listrik sekitar
9.700 megawatt semenjak bencana gempa. PLTN Fukushima rusak dan terjadi kekurangan listrik
besar-besaran. Karena kekurangan listrik, saat ini dilakukan
penghematan listrik secara berencana. (NY Times, Venture Beat, Kompas Cetak)
REKOMENDASI HARI INI
Ragil 'Kang Guru IPA': Jadi Kreator Konten Ilmiah Lewat Alat-alat Sederhana
KOMENTAR