Kehidupan bahari dapat terganggu apabila bahan radioaktif dari pembangkit listrik Fukushima terus mencemari laut. Kematian dan mutasi mungkin terjadi. Demikian peringatan dari para ahli.
Satwa di laut bisa terpengaruh oleh radiasi dalam berbagai cara: membunuh, mutasi yang menurun, atau memasukkan bahan radioaktif dalam rantai makanan. "Pencemaran radioaktif memang berpotensi mematikan, tapi lebih menyeramkan lagi adalah efek pada gen hewan yang terpapar," demikian kata Jospeh Rachlin, direktur laboratorium bahari di Lehman College, New York. Rachlin menjelaskan, efek pada genetika ini merupakan masalah utama karena dapat diturunkan.
Telur dan larva organisme laut sangat sensitif terhadap radiasi. "Atom radioaktif bisa menggantikan atom lain dalam tubuh, membuat perubahan pada DNA," kata ahli radioekologi F. Ward Whicker.
Organisme yang DNA-nya berubah biasanya tidak dapat bertahan hidup, tapi pada beberapa organisme, kelainan itu diturunkan ke generasi berikutnya. "Apa pun kejadiannya, populasi dan kemampuan hidup terganggu," kata Rachlin.
Menurut Rachlin, makhluk hidup yang paling rentan adalah ubur-ubur, cacing laut, dan invertebrata laut lain. Meskipun demikian, "ikan juga sangat berisiko terkena," kata Rachlin.
Radiasi bisa masuk ke dalam rantai makanan ketika hewan memakan tanaman teradiasi atau hewan lain yang juga teradiasi. "Isu ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa menyebarkan kerusakan," jelas Rachlin.
Laut sendiri, seperti dijelaskan oleh Whicker, punya kemampuan bertahan dari radiasi. Lingkungan bisa kembali baik seiring dengan waktu. "Radioaktif mengurang dan akhirnya menghilang," katanya. Akan tetapi ia juga mengatakan kalau belum pernah ada studi mengenai efek radioaktif dalam jumlah besar terlepas ke dalam ekosistem bahari. Data terbaik saat ini berasal dari pengujian senjata nuklir di Pasifik pada tahun 1950-an dan 1960-an. "Jika kebocoran di Jepang berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, kehidupan bahari di Jepang akan menghadapi masalah serius," tegas Whicker.
Dalam seminggu terakhir, sampel air laut yang diambil di sekitar Fukushima menunjukkan kenaikan level isotop radioaktif, termasuk sesium 137 dan yodium 131. Rabu minggu lalu, seperti dilaporkan oleh Associated Press, jumlah yodium mencapai 3.355 kali dari batas aman untuk air laut. Pada tanggal 28 bulan lalu, kadar sesium mencapai 20 kali batas aman. (Sumber: National Geographic News, Associated Press, New York Times)
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR