Vaksinasi dengan Nyamuk, Tubuh Lebih Kebal Malaria
Selasa, 26 April 2011 | 16:10 WIB
Memasukkan vaksin ke dalam tubuh dengan menggunakan nyamuk terbukti efektif menghasilkan kekebalan tubuh terhadap penyakit malaria.
Kemampuan parasit malaria untuk bersembunyi dalam tubuh menyebabkan vaksin tidak efektif membangun kekebalan tubuh. Para ahli pun mengembangkan metode vaksinasi baru untuk mengantisipasi penyakit yang telah membuat 781 ribu nyawa melayang sepanjang tahun 2009.
Berbeda dengan metode vaksinasi yang lazim dilakukan, para peneliti di Radboud University Nijmegen Medical Centre, Nijmegen, Belanda, menggunakan nyamuk pembawa parasit malaria untuk "menyuntikkan" vaksinnya. Cara ini serupa dengan proses seseorang terjangkit malaria pada umumnya. Namun, alih-alih sakit, relawan yang terlibat dalam penelitian ini justru lebih kebal malaria selama lebih dari dua tahun.
Eksperimen tersebut melibatkan 10 orang relawan yang bersedia digigit beberapa kali oleh nyamuk malaria. Para peneliti kemudian memberi obat anti malaria, chloroquine kepada mereka. Kira-kira 28 bulan kemudian para peneliti menemui kembali enam dari sepuluh relawan tersebut dan menggigit lagi mereka dengan nyamuk malaria, empat dari mereka tidak terinfeksi malaria sama sekali. Sementara sistem kekebalan tubuh dua orang lainnya berhasil menunda infeksi sehingga bisa segera diobati.
Para peneliti mengembangkan metode baru ini berdasarkan hasil penelitian beberapa tahun sebelumnya yang menunjukkan proses serupa hanya berlangsung singkat terhadap serangan malaria. Pasalnya, orang yang pernah terinfeksi malaria secara alami akan membangun kekebalan tubuh yang dapat bertahan selama beberapa bulan.
Namun belum diketahui pasti apa yang menyebabkan metode vaksinasi baru ini bisa melindungi lebih lama. Obat anti malaria mungkin berperan penting. Namun pajanan gigitan nyamuk yang intens pada waktu yang sam juga diduga kuat menjadi penyebabnya.
Meski begitu, apapun penyebabnya para peneliti yakin temuan mereka ini sangat layak ditindaklanjuti. Terutama mengingat kemampuan parasit malaria selam ini yang mampu bersembunyi di dalam sel darah merah dan sel hati sehingga tidak terdeteksi sistem kekebalan tubuh. (Sumber: The Lancet, NPR)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Sama-sama Ada di Yunani Kuno, Sebenarnya Apa Perbedaan Athena dan Sparta?
KOMENTAR