Oleh karena itu, studi cuaca di Venus sebenarnya dapat membantu para peneliti dalam upaya mereka untuk lebih memahami cuaca di Bumi juga. Untuk melakukan ini, peneliti perlu mengamati gerakan awan di Venus siang dan malam pada panjang gelombang cahaya inframerah tertentu.
Namun, sampai sekarang hanya cuaca di sisi yang menghadap ke siang hari yang mudah diakses. Sebelumnya beberapa pengamatan inframerah terbatas dimungkinkan untuk cuaca malam hari, tetapi ini terlalu terbatas untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang cuaca keseluruhan di Venus.
Baca Juga: Pengamatan Transit Venus dari Gang Torong Batavia Abad Ke-18
Untuk diketahui, untuk melakukan pengamatan di Venus, peneliti Jepang menggunakan Venus Climate Orbiter Akatsuki yang diluncurkan pada 2010. Itu adalah pesawat misi ruang angkasa Jepang pertama yang mengorbit planet lain.
Misinya adalah untuk mengamati VEnus dan sistem cuacanya menggunakan berbagai instrumen di dalam pesawatnya. Akatsuki membawa pencitraan inframerah yang tidak bergantung pada penerangan dari matahari untuk melihat. Namun, bahkan ini tidak dapat secara langsung menyelesaikan detail di sisi malam Venus, tetapi itu dapat memberi peneliti data yang mereka butuhkan untuk melihat sesuatu secara tidak langsung.
Sementara itu, badan antariksa Amerika Serikat, NASA baru-baru ini mengumumkan dua misi baru untuk menjelajahi Venus dengan wahana bernama DaVinci+ dan Veritas. Badan Antariksa Eropa juga mengumumkan misi Venus baru bernama EnVision.
Dikombinasikan dengan kemampuan pengamatan Akatsuki, Imamura dan timnya berharap mereka akan segera dapat menjelajahi iklim Venus tidak hanya dalam bentuknya yang sekarang tetapi juga sejarah geologisnya.
Baca Juga: Ada 1.600 Gunung Berapi di Venus, Apakah Sama Eksplosifnya Seperti di Bumi?
Source | : | Nature,University of Tokyo |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR