Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu (6/7) dirayakan semarak di Yogyakarta. Umat tak hanya merayakan perayaan Galungan saja tetapi juga melakukan upacara Piodalan.
Perayaan Galungan di Yogyakarta terpusat di Pura Jagat Natha Banguntopo yang terletak di daerah Banguntapan, Bantul. Upacara dipimpin oleh Romo Begawan Putra Manuaba mulai pukul 07.00 hingga 10.00 WIB. Seperti ritual Galungan yang ada di Bali, umat melakukan sembayang bersama dan membawa sesaji di pura tersebut. Dua hari sebelum perayaan Galungan pun, umat Hindu di Yogyakarta pun sudah melakukan berbagai persiapan.
Minggu, mereka melakukan upacara anyengkung jenana sudha atau pengendapan emosi. Esok harinya, ritual penyajan atau membuat jajanan untuk sesaji, sementara di hari Selasa umat mengadakan ritual penampahan atau pepemotongan korban sesaji sebagai simbol memotong sifat binatang dalam diri manusia.
“Karena hari Raya Galungan itu kita memperingati kemenangan darma (kebaikan) atas adarma (keburukan), maka proses persiapan menjadi penting dilakukan agar umat menyadari bahwa sangat penting untuk menyucikan diri, “ papar Budi Sanyoto, Ketua Penyungsung Jagat Nata.
Sementara itu, sekitar pukul 19.00 WIB, umat kembali berkumpul bersama di pura untuk melakukan upacara Piodalan. Upacara Piodalan ini dilakukan setiap enam bulan sekali atau bebarengan dengan Galungan, dan setahun sekali untuk merayakan hari berdirinya pura. Makna dari Piodalan, menurut Budi, adalah untuk mengucap syukur kepada Sang Hyang Widi, memohon kesucian, serta harmonisasi alam agar Indonesia terbebas dari bencana.
Prosesi dari Piodalan pun agak berbeda dengan Galungan. Untuk sembahyang wajib atau Tri Sandya yang diikuti panca sembah dilakukan baik saat prosesi Galungan ataupun Piodalan. Bedanya adalah sesaji yang didoakan saat Piodalan harus langsung dimakan oleh umat secara bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar setelah makan sesaji akan mendapat berkah dan kesucian dari Sang Hyang Widi. Pada perayaan Galungan, sesaji yang didoakan langsung dibawa pulang oleh setiap keluarga karena berasal dari kalangan sendiri.
Baik prosesi Galungan maupun Piodalan, umat Hindu di Yogyakarta tidak diwajibkan mengenakan pakaian khusus. Hanya saja, bagi perempuan yang sedang mendapat haid tidak diperkenankan mengikuti prosesi.
REKOMENDASI HARI INI
Sejarah Migrasi Manusia Modern di Indonesia Terungkap! Ada Perpindahan dari Papua ke Wallacea
KOMENTAR