Bangunan Cagar Budaya (BCB) di Malioboro kehilangan wajah aslinya. Dari 60 bangunan peninggalan budaya dan sejarah, hanya sepuluh yang masih terlihat asli.
Bangunan di kawasan Malioboro memiliki arsitektur khas bernuansa China, India, dan Jawa. Ciri khas itu hilang ketika pemilik bangunan mengubah tampilan dengan mendirikan sebuah toko. Widiyastuti, Kasie Pembinaan dan Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Disparbud Yogyakarta, menyatakan, "Maliboro seharusnya menjadi ikon budaya Yogyakarta bukan malah ikon ekonomi. Hal ini juga dapat mengurangi daya tarik wisatawan."
Bangunan kuno yang masih terlihat aslinya termasuk Library Center, Apotek Kimia Farma, serta beberapa bangunan dekat Pasar Beringharjo. Sementara itu yang sudah terlihat tak asli di antaranya Pusat Perbelanjaan Ramayana yang dulu merupakan bangunan kuno berciri khas China. Kehilangan bentuk asli juga dialami oleh Toko Batik Margaria.
Selain berubah bentuk, penampakan bangunan-bangunan bersejarah tersebut juga terganggu oleh papan reklame. Pemerintah Kota Yogyakarta, lewat Walikota Herry Zudianto, berencana akan melakukan penertiban reklame yang terpasang di bangunan peninggalan budaya dan sejarah.
"Reklame akan diatur, mulai dari pemasangan, ukuran, hingga artistiknya. Reklame harus menyatu dan jangan menutupi bangunan," kata Herry. Saat ini Peraturan Walikota sudah mulai disusun. Kami berharap sebelum Ramadan tiba, Perwal ini bisa disahkan dan diberlakukan," kata pria berkacamata tersebut.
REKOMENDASI HARI INI
Mengapa Waktu Bisa 'Berjalan' Lebih Lambat atau Cepat dalam Kondisi Tertentu?
KOMENTAR