Secara sosial, kegiatan rehabilitasi mangrove arus menempatkan masyarakat setempat sebagai subyek untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan ini, semua pihak harus beranggapan kelestarian hutan mangrove adalah tanggung jawab kita bersama. Lalu pada aspek ekonomi, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dengan berbagai cara. Bisa dengan kegiatan budi daya perikanan, pengolahan buah mangrove, juga lokasi ekowisata.
Beberapa hutan mangrove telah berhasil dikembangkan oleh Yayasan Kehati menjadi lokasi ekowisata, antara lain hutan mangrove Desa Pandansari, Brebes, dan hutan mangrove Desa Binanga, Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, Yayasan Kehati terus mengembangkan hutan mangrove di wilayah lain di Indonesia.
Isu pelestarian hutan mangrove masih jarang dibicarakan di Indonesia. Padahal, mangrove memegang peranan penting dalam menjaga ekosistem pantai. Sementara itu perubahan iklim tengah mengancam tenggelamnya kota-kota pesisir.
"Kita kadang tidak begitu perhatian dengan hutan mangrove, padahal mereka tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan di Jakarta sebenarnya ada hutan mangrove yang terletak di Pantai Indah Kapuk," kata Ratih Loekito, Direktur Pengembangan dan Pemasaran Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Ratih menjelaskan, bahwa Indonesia saat ini memiliki hutan mangrove seluas 3,5 juta hektar. Ekosistem mangrove Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yang mencakup 23 persen dari keseluruhan ekosistem mangrove di Bumi.
"Akan tetapi, deforestasi terhadap mangrove di Indonesia juga sangat besar, mencapai 50.000-an hektar pada periode 1980-an. Sekarang sekitar 600.000-an hektar mangrove dalam keadaan rusak atau kritis," kata Ratih. "Kita harus mampu memulihkannya kembali agar kehidupan ekosistem ini dapat kembali seperti sedia kala."
Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Memuliakan Perempuan dengan Hutan Perempuan
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Fadhil Ramadhan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR