Okal menjelaskah kalau di tanah, getaran itu sangat kecil, serupa dengan gelombang suara frekuensi rendah. Akan tetapi, saat gelombang bergerak ke atas ke udara yang lebih tipis, gelombang membesar. Pada ketinggian tempat pesawat bergerak, 9.100 meter, amplitudo gelombang bencana jepang kemungkinan telah meningkat menjadi sekitar 1 meter. "Memang, gelombang ini tidak cukup untuk menghadirkan guncangan bagi penumpang pesawat terbang. Tetapi, di atmosfer atas yakni ionosfer, gelombang diperkuat hingga ribuan kali dari ukuran aslinya," jelas Okal lebih lanjut.
Seperti diketahui, ionosfer terdiri dari gas yang cukup panas yang memiliki muatan listrikakibat interaksi dengan sinar matahari yang intens di ketinggian. Gelombang yang bergerak ke atas akan menekan gas tersebut sehingga cukup untuk menghadirkan efek yang bisa terdeteksi dalam gelombang radio, seperti yang digunakan pada GPS. “Kalau Anda punya GPS yang sangat akurat, Anda akan melihat variasi di sinyalnya,” kata Okal.
Namun demikian, Okal berpendapat bahwa fenomena ini tidak praktis digunakan sebagai sistem peringatan dini. Pasalnya, penerima GPS yang cukup akurat hanya berbasis di darat. "Saat gangguan hadir di radar, tsunami kemungkinan sudah terjadi," kata Okal. (Sumber: National Geographic)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR