Pemerintah Indonesia belum memanfaatkan energi terbarukan secara maksimal. Baru sekitar lima persen dari total listrik di Indonesia berasal dari energi terbarukan, sisanya adalah minyak, batu bara, dan gas bumi. Hal ini diungkapkan oleh perwakilan Greenpeace Indonesia untuk Asia Tenggara, Arif Fiyanto, pada Rabu (14/9) di Galeri Soemardja, Bandung.
Menurut Arif, "Indonesia masih berusaha membangun reaktor nuklir di beberapa daerah, padahal masih banyak energi terbarukan lainnya yang jauh lebih aman untuk direalisasikan." Arif menambahkan bahwa seharusnya pemerintah mengikuti negara maju lain, seperti Jerman, Italia, Swiss, dan Filipina yang telah melarang pengadaan reaktor nuklir di negaranya sejak petaka Fukushima silam.
Di sisi lain, penggunaan nuklir membutuhkan uranium yang akan membuat Indonesia kembali ketergantungan dari negara lain, karena Indonesia bukanlah produsen uranium besar. Masih banyak sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah, seperti panas bumi, tenaga surya, angin, dan oceantermal.
"Panas bumi sekarang hanya digunakan tiga persen dari keseluruhan yang ada di Indonesia. Walaupun ada pro dan kontra bahwa panas bumi terletak di bawah hutan konservasi, tapi sepertiga dari total panas bumi terletak di luar kawasan tersebut, jadi bisa dimanfaat secara maksimal," tambah Arif.
Panel surya adalah sumber energi terbarukan yang cukup besar yang dimiliki Indonesia, karena Indonesia empat kali lebih banyak disinari oleh matahari daripada Jerman dan negara Eropa lainnya.
Pengadaan subsidi menjadi salah satu penyebab tidak digunakannya energi terbarukan oleh pemerintah, menurut Arif. "Dengan adanya subsidi, maka energi terbarukan tidak akan maju. Seharusnya subsidi dialihkan kepada pengadaan energi terbarukan," saran Arif.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR