Dalam diskusi "Menggagas Braga" di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu (14/9), disebutkan mengenai revitalisasi Jalan Braga yang tidak berjalan mulus. Hal ini diungkap oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Priyana Wirasaputran, dalam diskusi yang merupakan rangkaian dari Braga Festival 2011 tersebut.
"Banyak rintangan yang harus dilewati untuk mewujudkan hal ini," ujarnya. Revitalisasi awal secara fisik yang telah dilakukan, yakni menggunakan batu andesit sebagai jalan, sekarang ramai dibicarakan karena sudah mulai rusak.
Wilayah Jalan Braga merupakan cagar budaya kawasan satu. Konsep awal revitalisasi Braga adalah menutup jalan tersebut untuk kendaraan dan menjadikannya kawasan pedestrian. Pro dan kontra terjadi dengan konsep menutup jalan ini. Beberapa pihak yang tidak setuju dengan konsep itu, seperti pemilik toko.
"Selain itu, desain, daya tarik, investor, dan pengelola Braga selanjutnya juga menjadi tanda tanya," tambah Priyana.
Tokoh kebudayaan Jawa Barat Tjetje Padmadinata, yang juga menjadi pembicara pada diskusi, sependapat mempertanyakan siapa yang nantinya akan mengelola Braga, "Apakah swasta atau pemerintah? Belum terjawab itu," tuturnya.
Namun, Tjetje pun menggarisbawahi bahwa revitalisasi jangka panjang hanya dapat tercapai jika ada sinergi dari pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap Braga, yaitu pemerintah, masyarakat, dan investor atau swasta.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR