Nationalgeographic.co.id—Tawon pembunuh cicada timur (Sphecius speciosus) dikenal mengancurkan seluruh koloni lebah madu yang menghawatirkan Amerika Serikat. Apa yang sebenarnya dilihat banyak orang?
Cicada, sejenis jangkrik, adalah serangga dalam ordo Hemiptera. Mereka berada di subordo Auchenorrhyncha, bersama dengan serangga lompat yang lebih kecil seperti wereng.
Menurut ahli entomologi Justin Schmidt di Universitas Arizona ia tidak berbahaya. Mereka adalah "raksasa lembut dari dunia tawon," kata Schmidt di laman National Geographic. Ia tidak menyengat manusia.
Betinanya berukuran besar, hingga satu setengah inci panjangnya. Mereka menyuntikkan racun dan melumpuhkan cicada, yang kemudian dibawa ke sarang mereka. Sejak pertengahan Juli, tawon ini telah muncul dari liang bawah tanah dan berdengung di pekarangan masyarakat.
Tawon ini mengejar cicada musiman, bukan spesies berkala, seperti Brood X, yang turun ke AS bagian timur pada bulan Mei. Meskipun ada empat spesies pembunuh cicada di Amerika Utara, semuanya seripa dalam penampilan dan perilaku.
Jika sengatan benar-benar terjadi, hal itu amat amat ringan, hampir dapat diabaikan—rasanya seperti tusukan peniti, dan lebih sakit dari sengatan lebah, kata Joe Coelho, ahli ekologi fisiologis di Universitas Quincy yang mempelajari predator.
Sebagai perbandingan, sengata lebah raksasa Asia jauh lebih menyakitkan, mirip dengan "ditusuk oleh jarum yang sangat panas," kata peneliti Shunichi Makino.
Namun, meskipun pembunuh cicada adalah "serangga besar yang tampak menakutkan, mereka tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak mampu menyengat anda. Sungguh menakjubkan betapa takutnya orang terhadap mereka hanya berdasarkan penampilannya saja," kata Coelho.
Baca Juga: Sains Terbaru, Burung Petrel Raksasa Membunuh Albatros yang Terancam
Untuk menemukan cicada yang menyamar dengan baik, tawon betina mencari pohon menggunakan matanya yang besar. Ketika menyerang, mereka menyuntikkan seragga dengan racun yang bekerja cepat, secara permanen mencegah cicada bergerak.
Cara kerjanya tidak ada yang tahu, kata Coelho. Tapi itu mengubah mereka menjadi semacam zombie.
Penelitian oleh salah satu mahasiswa pascasarjana Coelho menunjukkan bahwa cicada yang lumpuh dan berbisa sebenarnya dapat hidup lebih lama dari cicada yang sehat dan normal.
Baca Juga: Kupu-Kupu Ini Adalah Serangga AS Pertama yang Punah Karena Manusia
Saat membawa buruannya kembali ke sarang, Coelho mengatakan bahwa tawon pembunuh cicada mampu mengangkat cicada sampai 80 persen berat dari mereka. Caranya, tawon itu membawa cicada ke atas pohon atau permukaan vertikal lain dan terban dengan cepat menuju sarang mereka.
Saat kembali ke sarangnya, betina bertelur di mangsanya yang tidak bergerak untuk menyediakan makanan bagi larva yang sedang tumbuh. Untuk menghasilkan keturunan jantan, tawon hanya membutuhkan satu cicada. Tapi betina, yang ukuranya lebih besar dair jantan, membutuhkan dua cicada untuk berkembang biak.
Begitu sarangnya berisi satu atau dua cicada, ia menutupnya, dan melanjutkan berburu.
Pada tahun yang baik, satu tawon dapat berburu dan membunuh lebih dari 30 cicada setelah muncul sekitar pertengahan Juli dan mati sekitar enam minggu kemudian.
Setelah larva tawon memakan cicada, mereka bertahan di bawah tanah selama musim dingin, kemudian muncul setelah menjadi dewasa pada pertengahan musim panas berikutnya untuk memulai siklus lagi.
Baca Juga: Calistoga crassicaudata, Tawon Amazon dengan Alat Penyengat Mematikan
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR