Dengan demikian, air murni bisa menjadi menyerupai 'logam' yang secara elektronnya bersifat konduktif, terutama pada tekanan yang sangat tinggi.
Melalui asumsi itu, para ilmuwan dalam laporannya Spectroscopic evidence for a gold-coloured metallic water solution, telah berhasil membuat air menjadi logam. Laporan itu dipublikasikan di Nature, Rabu (28/07/2021).
Logam yang terbentuk dari air oleh para ilmuwan yang dipimpin oleh Phillip Mason dari Institute of Organic Chemistry and Biochemistry di Czech Academy of Sciences itu pun, hanya bertahan beberapa detik saja. Hingga kemudian, logam itu kembali menjadi air.
"Kalian dapat melihat transisi perubahan ke air jadi logam dengan mata telanjang," kata Robert Seidel, anggota penelitian itu dari Helmholtz-Zentrum Berlin für Materialien und Energie di Jerman. Mereka mendokumentasikan hasilnya dalam video yang bisa disaksikan di Youtube.
"Tetesan natrium-kalium keperakan menutupi dirinya dengan cahaya keemasan, yang sangat mengesankan," tambahnya, dikutip dari Eurekalert.
Baca Juga: Ahli Biologi Singkap Dua Spesies Jamur Ini Membuat Lalat Jadi Zombie
Meski demikian, percobaan ini ternyata tidak memerlukan tekanan tinggi, yang semestinya perlu dilakukan untuk mengubah non-logam menjadi logam konduktif secara teoretis.
Para peneliti memandang, jika kita meremukkan atom cukup keras, orbital elektron terluar akan mulai tumpang tindih, memungkinkan mereka untuk selanjutnya bisa lebih bergerak.
Para ilmuwan menulis, untuk air tekanan yang dibutuhkan itu sekitar 48 megabar, yang hanya di bawah 48 juta kali dari tekanan atmosfer Bumi di permukaan laut. Padahal untuk mengubah air menjadi logam, mereka membutuhkan sekitar 15 juta kali tekanan atmosfer, yang tentunya berada di luar kemampuan teknik laboratorium yang ada saat ini.
Pavel Jungwirth, asisten penulis penelitian dari Czech Academy of Sciences in Prague menduga, logam alkali bisa menjadi cara alternatif untuk mengonduksi air, dengan meminjamkan elektronnya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR