Sebenarnya, Jungwirth sempat melakukan eksprimen serupa bersama Mason lewat amonia. Hasilnya, amonia ternyata dapat berubah mengkilat seperti logam. Temuan itu membuat mereka yakin, bahwa unsur-unsur reaktif dalam golongan 1 tabel periodek, seperti natrium dan kalium, cenderung menyumbangkan elektron terluarnya.
Ketika percobaan yang sama pada air, ternyata logam alkali justru cenderung berekasi eksplosif. Solusinya, para ilmuwan mengisi jarum sunting dengan natrium dan kalium--campuran yang cair pada suhu ruangan, dan menempatkannya di ruang hampa.
Lalu Mason dan tim, pada eksperimen kali ini, menggunakan jarum suntik untuk membentuk tetesan campuran logamn dan memaparkannya pada sedikit uap air. Air menjadi mengembun ke setiap tetesan dan membentuk lapisan setebal seperspuluh mikrometer.
Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Cara Sederhana Mengubah Air Laut Menjadi Air Minum
Mereka menulis, elektron dari tetesan itu kemudian dengan cepat menyebar ke dalam air, bersama dengan ion logam positif. Hanya dalam beberapa detik saja, lapisan air itu berubah menjadi logam.
Penelitian ini mengembangkan pemahaman kita tentang transisi fase ini bisa terjadi di Bumi, papar Seidel. Lebih dari itu, penelitian ini dapat memungkinkan studi tentang kondisi tekanan tinggi yang ekstrem di dalam planet besar tentang logam.
Misalnya, Neptunus dan Uranus memiliki hidrogen logam cair yang diperkirakan berputar menyelimuti. Selain itu, Jupiter juga memiliki tekanan yang dianggap cukup tinggi untuk membuat iar murni menjadi logam.
"Studi kami tidak hanya menunjukkan bahwa air logam memang dapat diproduksi di Bumi, tetapi juga mengkarakterisasi sifat spektroskopi yang terkait dengan kilau logam yang indah," Seidel berpendapat.
Baca Juga: Coba Eksperimen Ini untuk Tahu Apakah Peliharaan Juga Mencintai Kita
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR