Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian dari University of Bologna, Italy, dan Durham University, Inggris mengungkap sejarah seorang wanita muda berstatus tinggi yang sedang hamil anak kembar dari guci berusia 4.000 tahun. Guci tersebut berasal dari pemakaman guci kuno di dekat kota Szigetszentmiklos, Hongaria.
Para peneliti menganalisis banyak sampel sisa-sisa manusia dan artefak yang ditemukan di pemakaman tersebut. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan pada 28 Juli 2021 di jurnal akses terbuka PLOS ONE.
Di tangan seorang arkeolog terlatih, kuburan yang terpelihara dengan baik dapat memberi informasi seperti obituari atau catatan kematian, merinci kesehatan, kematian, perjalanan, dan bahkan kekayaan dari kehidupan yang telah lama berlalu.
Kemajuan teknologi telah mendorong batas-batas tentang seberapa terpeliharanya tubuh dengan baik agar para ahli dapat mengekstrak biografi. Dalam kasus seorang wanita muda Zaman Perunggu di tempat yang sekarang menjadi pusat Hongaria, bahkan kremasi tidak dapat menyembunyikan kisah tragisnya.
Ratusan guci tanah liat yang terkubur setengah kilometer dari tepi sungai Danube, kuno tersebut juga mengungkap informasi tentang pola migrasi komunitas Vatya, budaya lama yang hilang yang berasal dari Zaman Perunggu. Orang-orang dari budaya Vatya berkembang selama Zaman Perunggu Awal dan Pertengahan Hongaria (sekitar 2200-1450 SM) biasanya mengkremasi jenazah, sehingga membuat jenazah manusia sulit dianalisis dari perspektif bioarkeologi.
Sedikit yang kita ketahui saat ini tentang Vatya didasarkan pada hamburan struktur benteng dan kuburan mayat yang dikremasi yang terkubur dalam guci keramik. Itu hampir tidak cukup untuk memberikan wawasan tentang orang-orang yang menduduki lembah Danube selama sekitar setengah milenium sekitar 2100 SM.
Baca Juga: Belum Ada USG, Ini Cara Firaun Mengetahui Jenis Kelamin Bayi
Pada penelitian kali ini, para ilmuwan menggunakan strategi pengambilan sampel osteologis baru untuk mempelajari lebih lanjut tentang orang-orang yang dimakamkan di pemakaman guci zaman Perunggu terbesar di Hongaria Tengah, tempat yang sekarang menjadi pusat Hongaria.
Claudio Cavazzuti dari University of Bologna, Italy dan rekan menganalisis jaringan manusia dari 29 kuburan, tiga penguburan utuh atau pemakaman dan 26 guci kremasi. Dengan menerapkan teknik perbandingan isotof strontium untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang orang-orang di kuburan guci kuno tersebut.
"Berkat spektrum luas dari metode, teknik dan strategi pengambilan sampel bioarkeologi baru, sekarang dimungkinkan untuk merekonstruksi sejarah kehidupan orang-orang yang dikremasi pada Zaman Perunggu," kata Cavazzuti, dilansir sciencedaily.
Salah satu guci yang paling menonjol dari yang lain, yaitu makam berkode 241, berisi barang-barang mewah, diantaranya cincin rambut emas dan cincin leher perunggu, serta dua pin tulang. Bahkan makam itu berisi tanda-tanda penghormatan yang dimiliki komunitasnya, desain unik yang mencerminkan motif awal Vatya.
Di antara pecahan tulangnya juga terdapat tanda bahwa penghuninya adalah seorang wanita berusia 20-an akhir atau 30-an awal. Dan ia tidak dikubur sendirian, di sana juga terdapat janin berusia sekitar 30 minggu kehamilan, dimakamkan bersama wanita tersebut.
Jika guci lain sebagian besar hanya berisi bagian tubuh yang dikremasi, namun guci 241 isinya relatif lengkap. Seolah-olah telah dilakukan tingkat perawatan yang sangat baik untuk setiap fragmen kecil dari tumpukan kayu sebelum pemakaman.
Meskipun terfragmentasi, tubuhnya masih berisi detail kecil tentang riwayat hidupnya yang dapat diungkapkan melalui analisis isotopnya. Gerahamnya, misalnya, mengandung lapisan bahan yang disebut dentin yang menyimpan catatan biografis yang signifikan sebagai tanda kimia. Pada bagian kerucut dari tulang pahanya terdapat tanda-tanda nutrisi dan pergerakan.
Baca Juga: Pertama Kalinya di Dunia, Mumi Mesir Ditemukan dalam Kondisi Hamil
Analisis tanda tersebut membantu para peneliti menggambarkan seorang wanita yang datang dari jauh ketika dia masih anak-anak, sekitar usia 8 hingga 13 tahun. Dan mungkin lahir di Moravia Selatan, yang sekarang disebut Republik Ceko. Analisis serupa pada sisa-sisa guci lain mengungkapkan integrasi tidak biasa, yaitu wanita lain yang juga datang dari berbagai tempat jauh di luar lokasi pemakaman.
Dapat dibayangkan, bagaimana seorang wanita muda yang terhormat itu menikah dengan seseorang dengan kedudukan tinggi dari komunitas Vatya, mengenakan cincin leher pusaka sebagai lambang kedudukannya. Pin tulang dan cincin rambutnya diberikan sebagai hadiah penyambutan untuknya.
Tragisnya, wanita tersebut meninggal di masa jayanya saat sedang hamil anak kembar. Temuan tersebut dapat memberi tahu detailnya, namun tidak diketahui pasti apakah penyebab kematiannya karena kelahiran dini atau sesuatu yang lain.
Selain kisah tragis dari guci nomor 241, beberapa sisa kremasi lainnya dapat memberi tahu banyak tentang budaya Vatya. Peneliti dapat menemukan jejak-jejak wanita yang melakukan perjalanan dari jauh untuk menciptakan ikatan yang mungkin untuk kesetiaan, kekuasaan atau politik di sepanjang Danube, 4000 tahun yang lalu.
Baca Juga: Minum Air Rumput Fatimah bagi Ibu Bersalin, Bermanfaat atau Berbahaya?
Source | : | sciencedaily,PLOS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR